Sementara evolusi disebut kemungkinan telah mewariskan gagasan monogami kepada sebagian manusia, namun tentu saja hal tersebut tidak universal. Terlepas dari fakta bahwa kebanyakan budaya mempraktikkan poligami, bukti ilmiah beberapa manusia cenderung memiliki banyak pasangan ada pada gen.Â
Sebuah penelitian menemukan bahwa orang-orang dengan gen reseptor dopamin (neurotransmitter yang memberikan rasa nikmat) tertentu dilaporkan lebih 'bebas' secara seksual dan 50 persen lebih mungkin berselingkuh dari pasangannya. Â
Seorang peneliti di Finlandia juga mengamati sebuah gen yang bertanggung jawab pada reseptor vasopresin (hormon yang berkaitan dengan ikatan atau bonding dengan pasangan, perilaku sosial seperti rasa percaya, empati). Ia mengamati banyaknya reseptor vasopresin berkorelasi dengan perselingkuhan pada wanita, bukan pria.Â
Kepada The New York Times, profesor bidang psikiatri klinis di Weill Cornell Medical College, Richard Friedman, mengatakan perselingkuhan lebih umum terjadi pada orang yang memiliki gen reseptor oksitosin dan vasopresin yang spesifik. Hasil penelitiannya, 40 persen perselingkuhan pada wanita dan 63 persen perselingkuhan pada pria berkaitan dengan gen.Â
Kort meyakini bahwa manusia tidak didesain untuk monogami. "Kita membuat pilihan monogami untuk anak, keluarga, dan harta kepemilikan," ujar Kort.Â
Gadoua menambahkan bahwa orang tua dari kliennya juga berdampak besar bagi kliennya dalam memandang suatu hubungan.Â
"Orang tua secara tidak sadar mengatakan atau melakukan hal-hal yang memberikan ide kepada anak-anaknya bahwa mereka tidak perlu berkomitmen, ataupun sebaliknya," kata Gadoua.Â
Kaitan uang atau kemapanan dengan perselingkuhan
Studi terakhir di Wales menguji bagaimana persepsi akan kesejahteraan berdampak pada pria dan wanita dalam menginginkan hubungan jangka panjang atau pendek.Â
Setelah ditunjukkan foto-foto seperti hunian mewah, perhiasan, mobil mewah, dan emas, responden diminta untuk menilai foto-foto dari sejumlah model dan memutuskan apakah mereka hendak memilih model tersebut untuk hubungan jangka panjang, pendek, atau tidak berhubungan.Â
Hasil penelitian ini menunjukkan jauh lebih banyak, baik pihak pria maupun wanita, memilih pasangan setelah melihat foto tersebut untuk hubungan jangka pendek, daripada kelompok kontrol yang hanya melihat foto pot tanaman dan bahan makanan.