Mohon tunggu...
Shinta Okteriana
Shinta Okteriana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia

Perkenalkan saya Shinta Okteriana. Saat ini saya merupakan mahasiswa angkatan tahun 2023 jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra di Universitas Pendidikan Indonesia. Hobi saya, yaitu menggambar, melukis, dan desain. Selain itu, saya juga menggemari fotografi dan videografi. Saya sangat suka dengan kegiatan bersosialisasi dengan banyak orang baru.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Ketidakadilan yang Disuarakan pada Puisi Peringatan karya Widji Thukul

20 Desember 2023   20:40 Diperbarui: 22 Desember 2023   09:53 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

(Bait ketiga, puisi “Peringatan” Widji Thukul)

Pada bait tersebut, pengembangan tema perlawanan rakyat terhadap penguasa disampaikan lewat pengamatan aku lirik membawa pembaca untuk melihat sistem pemerintahan Orde Baru yang tidak sehat. Hal tersebut ditandai dengan ketidakberanian rakyat untuk mengemukakan pendapatnya secara terbuka. Apapun yang penguasa sampaikan hanyalah kebohongan berkedok janji-janji manis, yang pada realitasnya justru bertentangan dengan kepentingan rakyat. Meskipun tahu hanya kebohongan semata tetapi rakyat harus mendengar tanpa membantah. Semua pendapat rakyat harus sejalan dengan pemerintah.

Aku lirik mengisyaratkan bahwa jika tindakan penguasa yang merugikan rakyat dianggap sebagai kebenaran yang tak boleh dibantah, maka kebenaran pasti terancam. Penggunaan kata "terancam" menciptakan peringatan  akan konsekuensi serius jika rakyat tidak dapat mengungkapkan kebenaran yang mungkin bertentangan dengan pemerintah.

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang

Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan

Dituduh subversif dan mengganggu keamanan

Maka hanya ada satu kata: lawan!

(Bait keempat, puisi “Peringatan” Widji Thukul)

Pada bait tersebut, pengembangan tema perlawanan rakyat terhadap penguasa disampaikan lewat pengamatan aku lirik membawa pembaca untuk melihat bahwa segala usul, pendapat, dan kritikan dari rakyat serta apapun yang dianggap mengancam penguasa akan dilawan oleh penguasa. Menyadari ketidakadilan tersebut, aku lirik menyerukan kepada rakyat untuk melawan pemerintah. Apabila pemerintah tak pernah mau mendengarkan rakyat maka jalan satu-satunya hanya dengan melakukan perlawanan guna melengserkan pemerintahan Orde Baru.

Pada puisi “Peringatan” ini pemilihan diksi banyak menggunakan kata-kata denotatif, yaitu kata yang memiliki makna sebenarnya bukan kiasan maupun perumpamaan. Bahasanya lugas dan tidak memerlukan interpretasi yang rumit sehingga memudahkan pembaca untuk memahami pesan yang disampaikan. Kata-kata seperti "rakyat," "pidato," "putus asa," "sembunyi," "kritik," dan "lawan" adalah contoh dari diksi denotatif yang digunakan penyair. 

Dalam bait "Dituduh subversif dan mengganggu keamanan" pada puisi "Peringatan" karya Widji Thukul, penyair menggunakan istilah ilmiah "subversif" yang sulit dipahami bagi pembaca awam. Kata "subversif" merujuk pada upaya pemberontakan atau rencana menjatuhkan kekuasaan. Penyair kemungkinan ingin menghindari kesan klise atau terlalu langsung sehingga memilih kata yang mungkin tidak begitu umum dijumpai dalam percakapan sehari-hari. Pemilihan kata ini juga dapat mendorong pembaca untuk lebih memperhatikan dan merenungkan makna yang terkandung di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun