(Bait ketiga, puisi “Peringatan” Widji Thukul)
Pada bait tersebut, pengembangan tema perlawanan rakyat terhadap penguasa disampaikan lewat pengamatan aku lirik membawa pembaca untuk melihat sistem pemerintahan Orde Baru yang tidak sehat. Hal tersebut ditandai dengan ketidakberanian rakyat untuk mengemukakan pendapatnya secara terbuka. Apapun yang penguasa sampaikan hanyalah kebohongan berkedok janji-janji manis, yang pada realitasnya justru bertentangan dengan kepentingan rakyat. Meskipun tahu hanya kebohongan semata tetapi rakyat harus mendengar tanpa membantah. Semua pendapat rakyat harus sejalan dengan pemerintah.
Aku lirik mengisyaratkan bahwa jika tindakan penguasa yang merugikan rakyat dianggap sebagai kebenaran yang tak boleh dibantah, maka kebenaran pasti terancam. Penggunaan kata "terancam" menciptakan peringatan akan konsekuensi serius jika rakyat tidak dapat mengungkapkan kebenaran yang mungkin bertentangan dengan pemerintah.
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!
(Bait keempat, puisi “Peringatan” Widji Thukul)
Pada bait tersebut, pengembangan tema perlawanan rakyat terhadap penguasa disampaikan lewat pengamatan aku lirik membawa pembaca untuk melihat bahwa segala usul, pendapat, dan kritikan dari rakyat serta apapun yang dianggap mengancam penguasa akan dilawan oleh penguasa. Menyadari ketidakadilan tersebut, aku lirik menyerukan kepada rakyat untuk melawan pemerintah. Apabila pemerintah tak pernah mau mendengarkan rakyat maka jalan satu-satunya hanya dengan melakukan perlawanan guna melengserkan pemerintahan Orde Baru.
Pada puisi “Peringatan” ini pemilihan diksi banyak menggunakan kata-kata denotatif, yaitu kata yang memiliki makna sebenarnya bukan kiasan maupun perumpamaan. Bahasanya lugas dan tidak memerlukan interpretasi yang rumit sehingga memudahkan pembaca untuk memahami pesan yang disampaikan. Kata-kata seperti "rakyat," "pidato," "putus asa," "sembunyi," "kritik," dan "lawan" adalah contoh dari diksi denotatif yang digunakan penyair.
Dalam bait "Dituduh subversif dan mengganggu keamanan" pada puisi "Peringatan" karya Widji Thukul, penyair menggunakan istilah ilmiah "subversif" yang sulit dipahami bagi pembaca awam. Kata "subversif" merujuk pada upaya pemberontakan atau rencana menjatuhkan kekuasaan. Penyair kemungkinan ingin menghindari kesan klise atau terlalu langsung sehingga memilih kata yang mungkin tidak begitu umum dijumpai dalam percakapan sehari-hari. Pemilihan kata ini juga dapat mendorong pembaca untuk lebih memperhatikan dan merenungkan makna yang terkandung di dalamnya.