Mohon tunggu...
Shinta Kristianti
Shinta Kristianti Mohon Tunggu... Dosen - Bidan, Dosen, Mahasiswa Program Doktoral Kesmas Universitas Sebelas Maret

Menulis untuk peradaban, mewariskan ilmu pengetahuan, memanjangkan umur (Dr. Argyo Dermatoto)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Sudah Waktunya Pencegahan Kanker Leher Rahim Sejak Awal pada Anak Perempuan

19 Desember 2022   18:10 Diperbarui: 8 Januari 2023   18:54 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.verywellhealth.com

Di suatu sore guru kelas memberikan informasi lewat WAG kelas tentang adanya kegiatan imunisasi HPV besok pagi di sekolah untuk siswi kelas 5. Orang tua siswa menanyakan melalui grup tersebut, tentang apakah imunisasi HPV tersebut.

Kesimpulan singkat yang dapat diambil dari kasus tersebut, ternyata ada orang tua/wali murid yang belum tahu tentang imunisasi HPV yang akan diberikan kepada putri mereka

Kemudian, apakah para siswi sebagai sasaran imunisasi HPV sudah mengetahui manfaat vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuhnya? Apakah informasi imunisasi HPV ini sudah tersosialisasikan dengan baik sebelum anak usia sekolah dasar mendapatkan jadwal vaksin dosis pertamanya?

Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai penyakit fatal yang mengarah pada kematian. Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak kedua yang menyerang kaum perempuan setelah kanker payudara. 

Berdasarkan data tahun 2021 dari Global Burden of Cancer Studi (Globocan) dari World Health Organization (WHO), kanker leher rahim berada di urutan kedua setelah kanker payudara, dengan jumlah kasus kanker leher rahim sebesar 36.633 atau (17,2%) dari total kasus kanker pada perempuan di Indonesia.

Kanker leher rahim merupakan salah satu jenis kanker yang dapat dicegah. Upaya pencegahan kanker leher rahim diantaranya yaitu tidak melakukan perilaku seksual yang berisiko tinggi terhadap penularan infeksi Human Papilonema Virus (HPV), virus HPV sebagai penyebab utama terjadinya kanker leher rahim.

Hasil riset yang telah dilakukan secara mendalam, telah ditemukan vaksin HPV yang efektif mencegah virus ini masuk ke dalam tubuh. WHO menetapkan strategi global eliminasi kanker leher rahim, salah satu strateginya adalah 90% anak perempuan sepenuhnya telah mendapat imunisasi HPV pada usia 15 tahun.

Pemerintah Indonesia juga telah mencanangkan program imunisasi HPV (Human Papilonema Virus) sebagai vaksinasi dasar dan wajib bagi masyarakat Indonesia.

Program pemberian imunisasi HPV telah masuk menjadi 1 dari 14 imunisasi dasar lengkap pada anak, yang didukung dengan adanya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/6779/2021 tentang program introduksi imunisasi Human Papilonema Vaccine tahun 2022-2024. 

Juga berdasarkan keputusan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit nomor HK.02.02/c/3427/2022 tentang petunjuk teknis pelaksanaan program introduksi imunisasi HPV dalam Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) 2022-2024.

Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan prestasi belajar peserta didik melalui Trias UKS/M (Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah) melalui pelayanan kesehatan pada anak sekolah yaitu pemberian imunisasi dalam BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah), yang biasanya diadakan pada bulan Agustus dan November, bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak sekolah dan melindungi anak dari penyakit menular yang dapat ditekan dengan imunisasi.

Kebijakan pemerintah Indonesia untuk memulai pemberian imunisasi HPV dalam kegiatan BIAS pada anak perempuan usia kelas 5 SD/MI untuk pemberian dosis pertama dan pemberian dosis kedua pada kelas 6 SD/MI bertujuan untuk memperkecil risiko terinfeksi HPV pada anak perempuan Indonesia, yang mana virus HPV dapat menyebabkan penyakit kanker leher rahim pada perempuan di usia reproduksi.

Target kebijakan ini diantaranya yaitu target 90-70-90 (90% pertama: Anak perempuan sepenuhnya mendapat vaksinasi dengan vaksin HPV pada usia 15 thn).

Imunisasi HPV pada anak perempuan dilakukan bersamaan pada pelaksanaan BIAS pada bulan Agustus. Dosis pertama pada anak ketika di kelas 5 dan dosis kedua pada kelas 6.

Penyelenggaraan imunisasi pada anak sekolah tingkat dasar/sederajat perlu dilaksanakan secara terpadu oleh lintas program dan lintas sektor.

Mengingat kebijakan ini merupakan kebijakan yang baru, dan terbit pada waktu status pandemi Covid-19 masih belum dicabut, maka perlu ada upaya yang dilakukan secara efektif supaya kebijakan ini dapat berjalan dengan baik, serta perlu menangkal isu hoax yang berkaitan dengan pelaksanaan imunisasi HPV pada siswi SD/MI, misalnya seperti efek samping yang ditimbulkan dari vaksinasi HPV yang rentan menimbulkan kekuatiran pada orangtua/wali.

Masyarakat luas mungkin belum pernah mendengar imunisasi HPV, karena jika melakukan imunisasi ini secara mandiri memerlukan anggaran/biaya yang cukup besar dan perlu skrining kesehatan sebelumnya.

Beruntung sekali, saat ini pemerintah sudah menyediakan vaksin HPV secara gratis untuk menunjang terlaksananya kebijakan yang sangat baik ini. Informasi imunisasi HPV di media massa maupun media lainnya mungkin masih terbatas terdapat pada lingkungan instansi kesehatan saja, misalnya dari poster/selebaran yang ada di Puskesmas/rumah sakit. 

Perlunya sosialisasi pada orangtua/wali dan calon penerima vaksin HPV, berhubung mereka sebagai target pemberian vaksin HPV, orang tua perlu mengetahui alasan, tujuan , manfaat dan efek samping atas pemberian vaksin HPV ini bagi putrinya melalui sekolah, serta termasuk penanganan efek sampingnya.

Siswi kelas 5 SD/MI sebagai penerima vaksin HPV secara langsung, memiliki hak paling tidak untuk mengetahui manfaat kenapa mereka harus mendapatkan vaksin HPV sesuai program pemerintah.

Upaya sosialisasi sangat menjadi hal yang penting dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan kebijakan ini. Penyampaian informasi kegiatan secara cukup tentang tujuan, manfaat, gambaran singkat teknis imunisasi kepada orangtua/wali siswi merupakan suatu kewajiban penanggung jawab program, terlebih lagi informasi pada penerima manfaat langsungnya yang adalah anak yang masih menjadi tanggung jawab para orang tua/wali.

Sehingga sudah menjadi kewajiban orang tua/wali harus mendapatkan informasi ini sebelum anak mereka mendapatkan jadwal, harapannya yaitu supaya orang tua dapat mendukung pelaksanaan imunisasi ini dan menyiapkan kondisi fisik dan psikis anak sehingga anak siap di imunisasi HPV sesuai jadwal yang diterima sekolah dari Puskesmas setempat.

Bagaimana pelaksanaan sosialisasi HPV ke orang tua/wali dan anak calon penerima vasin HPV yang dapat dilakukan?

Berikut beberapa alternatif kegiatan yang dapat dipakai:

Dinas Kesehatan sebagai penanggung jawab masalah kesehatan dalam wilayah setempat membuat program sosialisasi imunisasi HPV dengan menggandeng organisasi profesi kesehatan dan institusi kesehatan setempat untuk juga berkewajiban mendukung keberhasilan imunisasi HPV pada usia anak sekolah dasar. Misalnya organisasi bidan, perawat, promosi kesehatan.

Institusi kesehatan dapat dilibatkan dalam kegiatan ini, dosen dan mahasiswa pastinya akan selalu mendukung keberhasilan program pemerintah. Sumber daya kesehatan yang dimiliki dalam suatu wilayah kerja harus memiliki daya guna yang tinggi untuk mendukung keberhasilan program pemerintah di bidang kesehatan.

Sosialisasi tentang pentingnya imunisasi HPV pada calon penerima vaksin HPV, dapat berikan secara dengan merangkai materi dan bahasa yang sesuai dengan karakteristik usia, jenis kelamin perempuan, sosial dan budaya.

Tentunya panduan atau garis besar materi sosialisasi ini harusnya sudah dirancang sedemikian rupa oleh kementerian kesehatan untuk menghindari salah tafsir dan mengedepankan perilaku hidup yang berbudaya Pancasila.

Jika tidak tersedia, pengembangan materi sosialisasi yang berupa kalimat, audio visual harus disesuaikan dengan sasaran yaitu anak perempuan usia sekolah dasar, yang tidak menakut-nakuti serta dapat menjadi motivasi untuk mereka mau diimunisasi dan berperilaku hidup sehat.

Pelibatan institusi kesehatan oleh dinas kesehatan setempat, untuk dapat terjun secara langsung ke sekolah untuk menyampaikan sosialisasi, tentu pasti akan disambut dengan baik.

Dosen dalam pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi membutuhkan minimal 1 kegiatan pengabdian masyarakat dalam tiap semester untuk laporan kinerjanya, baik kegiatan pengabdian masyarakat secara insidental maupun kegiatan yang terprogram, pendanaan dapat dilakukan secara mandiri maupun dengan pengusulan dana pada institusinya maupun dari hibah.

Dosen dapat mengajak mahasiswa untuk melaksanakan sosialisasi, mahasiswa juga akan mendapatkan pengalaman lapangan yang berkaitan dengan interaksi, komunikasi dan lainnya. Pengembangan media maupun metode dalam pelaksanaan sosialisasi dapat menjadi suatu inovasi untuk membantu mempermudah pemahaman tentang pentingnya imunisasi HPV bagi siswi SD/MI.

Dinas kesehatan bersama Puskesmas dapat memberikan sosialisasi awal kepada guru pembina UKS/M (Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah) tentang kegiatan imunisasi HPV pada siswi usia sekolah dasar. Sehingga pada sosialisasi program sekolah, guru pembina UKS/M dapat menyampaikan gambaran awal kegiatan imunisasi HPV, sehingga akan lebih efektif dengan pemanfaatan sumber daya yang ada di sekolah secara langsung.

Puskesmas berkoordinasi dengan pihak sekolah dalam melakukan sosialisasi kepada orangtua atau dapat melalui komite sekolah maupun paguyuban kelas, yang dapat dilakukan bersamaan dengan pertemuan awal semester ganjil.

Biasanya sekolah akan menyampaikan program kegiatan sekolah, sekaligus guru pembina UKS/M yang telah mengikuti sosialisasi program di dinas kesehatan dapat menyampaikan informasi singkat tentang Trias UKS/M melalui pelayanan kesehatan pada anak sekolah yaitu pemberian imunisasi dalam BIAS, yang biasanya diberikan pada bulan Agustus dan Nopember. Hal tersebut dapat menjadi awal dari kegiatan sosialisasi.

Sedangkan kegiatan lanjutannya dapat diagendakan pertemuan khusus untuk orangtua/wali siswa kelas 5 untuk pembahasan program kegiatan sekolah dan imunisasi HPV pada siswi perempuan.

Sementara pada semester ganjil tahun berikutnya, sosialisasi imunisasi HPV dapat diberikan juga pada kelas 6 sebagai calon penerima dosis kedua vaksin HPV.

Melihat dari kurikulum pendidikan pada anak sekolah dasar kelas 5, yang saat ini sudah menggunakan kurikulum Sekolah Penggerak berdasarkan Kemendikbud Nomor 162/M/2021, materi mata pelajaran IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial) yang membahas tentang rahim secara singkat, yaitu mengenai pertumbuhan janin di rahim ibu, ada terdapat pada Bab 5- dengan tema "Bagaimana Kita Hidup dan Bertumbuh", dalam topik ketiga yaitu tentang "Bagaimana Aku Tumbuh Besar".

Tentunya, karena apa pada bab 5, topik ini dipelajari setelah bulan Agustus, yang mana bulan Agustus merupakan bulan pemberian imunisasi HPV pada anak sekolah. 

Bukan merubah kurikulum, karena menyusun kurikulum memang tidak mudah, lebih mungkin jika menggeser topik pembahasan tersebut diawal semester ganjil yang biasanya di mulai pada bulan Juli, sehingga topik pembahasan menjadi terintegrasi dan dapat menunjang program yang lain, sehingga dapat berjalan seiring seirama untuk tujuan yang lebih baik, seperti ada pepatah, "Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui", maka anak sekolah pun juga akan mendapatkan informasi yang penting tentang upaya peningkatan derajat kesehatan ketika di sekolah, serta dapat menjadi agen perubahan perilaku kesehatan di rumah dan lingkungan tempat tinggalnya. 

Seperti dari teori promosi kesehatan yang dikemukakan oleh Green dan Kreuter, bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor penunjang yang dapat membentuk sikap dan perilaku.

Sehingga pemanfaatan sumber daya yang sudah tersedia, seperti guru di sekolah akan lebih mendukung efektifitas sosialisasi sebelum jadwal pelaksanaan imunisasi HPV. Sangat diperlukan upaya lintas sektor antara Kemenkes dengan Kemendikbud dapat selaras dan padu untuk eliminasi kanker leher rahim di Indonesia. 

Siswi calon penerima vaksin HPV akan mengetahui lebih awal fungsi rahim dan pentingnya menjaga kesehatan. Sehingga dengan adanya sosialisasi tentang pelaksanaan imunisasi HPV akan menambah pemahaman pentingnya imunisasi HPV dan berperilaku sehat untuk mempertahankan kesehatan di masa depannya.

Untuk dapat menjangkau sasaran imunisasi HPV pada mereka yang tidak bisa mendapatkan di sekolah maka Puskesmas dapat bekerja sama dengan organisasi yang ada di kelurahan untuk dapat mensosialisasikan imunisasi HPV ini.

Misalnya pada kelompok PKK, Dharma Wanita, kelompok pengajian, dan lainnya. Atau juga pada waktu ada kegiatan masyarakat, seperti car free day, misalnya, dengan membagikan selebaran yang informatif dan kegiatan promotif lainnya yang terintegrasi, dapat melibatkan institusi kesehatan untuk mendukung kegiatan ini. 

Pemanfaatan sumber daya yang sudah ada secara maksimal dan dengan dukungan sarana prasarana yang positif akan menunjang keberhasilan sosialisasi kegiatan juga pada tercapainya target imunisasi HPV pada usia anak sekolah dasar.

Efektifitas kegiatan sosialisasi ini dapat dievaluasi dengan ketercapaian jumlah yang telah diberikan vaksin dengan target sasaran. Pemahaman yang diukur sebelum sosialisasi diberikan, dan pemahaman yang diukur setelah diberikan sosialisasi pada kelompok sasaran yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu sebelum dosis pertama diberikan, dapat menjadi indikator keberhasilan sosialisasi imunisasi HPV ini.

Mencegah lebih baik daripada mengobati, mari ikut peduli pada kesehatan perempuan Indonesia. Sehatkan Indonesia.

***

Ditulis oleh:

Shinta Kristianti, S.Si.T., M.Kes.
Mahasiswa Program Doktor Kesehatan Masyarakat, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dosen Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Kediri, Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun