Mohon tunggu...
Shinta Harini
Shinta Harini Mohon Tunggu... Penulis - From outside looking in

Pengajar dan penulis materi pengajaran Bahasa Inggris di LIA. A published author under a pseudonym.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Izinkan Sinar Matahari Menyentuhku

8 Agustus 2021   10:00 Diperbarui: 8 Agustus 2021   10:30 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sinar matahari di jendela (Sumber: Pixabay)

Ibu melirik Ayah dengan gelisah, lalu Nora, lalu Russel. "Berapa lama lagi?" jawabnya.

Aku hampir menangis terharu, meski itu yang Ibu ucapkan. Untuk pertamakalinya kudengar lagi suara Ibu sejak kecelakaan itu. Betapa aku selalu merindukannya!

Sampai detik ini.

Aku bertanya-tanya sekarang, kapan acara mandi ini akan berakhir sehingga aku bisa bersua lagi dengan keluargaku. Tapi pertanyaan ibuku tadi menciutkan hatiku. Dan aku bertanya-tanya. Apakah ada keputusasaan dalam nada suaranya? Apakah artinya... ia siap melepasku pergi?

"Ibu benar, Lara. Shawn akan terus tergantung pada semua perangkat ini sepanjang hayatnya. Para dokter sudah menjelaskannya. Kaupun tahu bukan, ia tak akan bertahan tanpa semua alat ini? Aku tahu keadaannya tidak akan memburuk tapi... tegakah kau melihatnya koma, hidup tidak matipun tidak?

Ayah! Nafasku tercekat. Kecurigaanku ternyata benar. Mereka mendiskusikan akhir hidupku. Keluargaku sendiri?! Mengapa satu-satunya orang yang menolak usul ini justru bukan darah-dagingku, kekasihku?

Lara tersedu-sedu. "Aku tidak sanggup! Aku tak bisa bayangkan hidupku tanpa dia. Lebih baik dia tetap di sini, meskipun..." Dibawanya tanganku ke bibirnya dan dikecupnya sepenuh hati.          

Ibu menghela nafas. Lalu melirik Ayah, yang kemudian meletuskan 'bom waktu' itu. Dihampirinya Lara dan digamitnya pundak Lara dari belakang.

"Ayah mengerti perasaanmu. Tapi Ayah tak bisa berbuat apa-apa. Kami tak mampu lagi membayar semua ongkos. Perusahaan asuransi berhenti menanggung semua biaya sejak bulan keenam, dan kami sudah pakai semua simpanan Shawn dan tabungan kami sendiri untuk membayar sisanya. Kami tak sanggup lagi."

Bila Lara hanya terkejut mendengarnya, aku menjerit dalam keputusasaan, sekarang aku ingat yang dikatakannya. Apa?  Jadi uang masalahnya? Aku tidak percaya semua ini. Tidak! Aku... aku pengacara sukses dan hampir menjadi mitra di usia ke tigapuluh. Aku menghasilkan lebih dari empat setengah milyar setahun. Aku punya rumah, Lincoln, Mercedes dan VW. Bagaimana mungkin aku tidak mampu membayar biaya rumah sakit?

Tapi orangtuaku tak mungkin berbohong, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun