Mohon tunggu...
Shinta Dwi Lestari
Shinta Dwi Lestari Mohon Tunggu... Full Time Blogger - 👤 Siswa

🌻

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebuah Keikhlasan

14 Februari 2021   21:05 Diperbarui: 14 Februari 2021   21:13 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Safira mendekati Bella dan mengelus kepalanya dengan berkata. "Diminum dulu" Safira menyodorkan teh hangat.

Setelah meminum teh nya, Bella menatap Safira.

"Kamu tenang dulu, pesawatnya masih dilacak. Terus berdo'a, supaya tante Kiara, om Gavin dan Ara bisa selamat."

Bella tidak bisa membendung air matanya, ia menangis tersedu-sedu. Dengan teriak
"Bunda Papa... Jangan tinggalin Bella. bella gak punya siapa siapa selain kalian." Tangisnya semakin pecah.

"Sabar Bel, disini ada aku. Kamu akan baik-baik saja." Safira merengkuh tubuh Bella yang semakin lemas.

"Allah... Udah gak sayang sama Bella." Bella berkata dengan air mata yang terus terurai.

Safira juga menitikkan air matanya, karena sudah tidak sanggup lagi menahan air mata yang sudah membendung sejak tadi. Ia berusaha menguatkan Bella, padahal dia sendiri juga tidak kuat menahan gejolak dalam dada. Safira kehilangan orang tua Bella yang sudah dia anggap seperti orang tuanya sendiri. Safira hanya diam disudut kamar sambil memberi kekuatan kepada Bella.

Sebulan kemudian...

Kini Bella mulai mengikhlaskan atas kepergian orang tua dan adiknya kepada sang pencipta. Ia percaya bahwa akan ada kebahagiaan yang Allah gantikan atas kepergian orang orang tercintanya. Rencana yang sudah tersusun rapi ternyata masih tidak bisa bersaing dengan ketentuan semesta, karena pada dasarnya sang pencipta lah yang mempunyai skenario terbaik didalam kehidupan. Hilanglah semua harapan kebahagiaan itu, semuanya lenyap sekejap mata dan dalam hitungan detik saja. Rasanya masih seperti mimpi, walau masih sangat sulit dipercaya dan diterima oleh logika. Kenapa? Kenapa harus seperti ini akhirnya? Kenapa harus sangat menyakitkan? Kenapa harus mengecewakan? Itu lah kata-kata yang terus muncul di otak Bella. Setelah setahun berlalu tanpa adanya Mama, Papa dan Ara dihidupnya, kini Bella mulai memulai lembaran baru dengan bersemangat karena perjalanan hidup yang harus ia tempuh masih panjang demi meraih cita-citanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun