Mohon tunggu...
Shindy Nilasari
Shindy Nilasari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

masih terus belajar untuk membanggakan ortu :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perih

22 Agustus 2016   13:03 Diperbarui: 22 Agustus 2016   13:24 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rindu sesak mengisi hati

(Masih) Berharap ia yang telah pergi

Terpaku menatap kembali kenangan yang telah lama tertinggal

Engkau yang tak (mau) tahu sedikit saja perihal rasa ini

Kapan terakhir kali dirimu bertanya "apa yang kau rasa?"

Tak pernah nampaknya...

Sesak yang teramat sangat memendam rasa yang terlalu dalam

Entah sampai kapan...

Sapamu tak lagi kudengar

Kabarmu tak lagi kutahu

Dirimu hilang begitu saja

Dalam buaian nyaman sang terkasih

Sekarang semuanya tak sama lagi

"Tuhan, kumohon kuatkan aku..."

"khlaskan hatiku..."

"Jangan tinggalkan aku..."

Hanya itu yang terucap dalam setiap sujudku

Derai air mata dan rintihan sesak sayangnya tak cukup untuk melampiaskan beban perasaan

Satu yang ku yakin

Hanya Tuhan yang tak akan pernah meninggalkanku

Apakah engkau tahu rasanya ditinggalkan?

Ditinggal seorang terkasih yang dipercaya...

Tak sangka ia ternyata berdusta..

Apakah engkau tahu rasanya menunggu?

Membunuh waktu bersama sebuah harap

Yang entah kapan akan ada titik temunya

Toh, aku pun berharap karena engkau sendiri yang memberikannya

Semua harapan itu...

Salahkah aku?

Jangan lagi kau siksa batin ini

Cukup sudah...

Tiada lagi yang kupunya disini.

Sendiri...

Aku tak sanggup lagi menghadapi yang lebih dari ini

Semua orang pergi

Berpura-pura semua baik-baik saja

Karena aku tak punya pilihan lagi

Sedikit saja, tolong pikirkanlah

Bagaimana rasanya jadi aku?

Bagaimana jika dirimu yang ada di posisiku?

Sampai hati kau pergi

Sampai hati kau dustai

Sampai hati kau khianati

Perih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun