Lewati rintang untuk aku, anakmu...
Ibuku sayang, masih terus berjalan...
Walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah...
Nggak berlebihan kalau lagu Iwan Fals yang judulnya Ibu ini saya pakai untuk menggambarkan ketangguhan wanita-wanita Papua. Lirik lagunya persis sama seperti perjuangan mama-mama ini untuk anaknya.
Teman, di Pegunungan Tengah Papua semua wanitanya pekerja keras. Setiap pagi sampai sore mereka bekerja ke kebun di lereng gunung. Kebun-kebun disana ekstrem bukan main. Tidak datar, miring... Salah-salah pijak bisa tergelincir. Mereka pergi berkebun sambil membawa noken - tas rajutan khas Papua yang dikait di atas kepala dan membawa serta anak-anak mereka. Termasuk anak babi.. Jangan aneh, di Papua babi memang merupakan hewan sakral bagi masyarakat setempat. Itulah harta mereka...
Mereka mencangkul tanah, menanam, memanen, dan akhirnya membawa hasil kebunnya untuk dijual ke pasar. Berjalan kaki menempuh jarak berkilo-kilo sambil memanggul hipere (ubi), sayur-sayuran, dan hasil bumi lain di dalam noken yang dikaitkan di kepala - tanpa alas kaki. Makanya, kalau kalian suka memperhatikan kaki-kaki masyarakat Pegunungan Tengah (kebiasaan, hihi) akan terlihat telapak kaki mereka lebih lebar dengan kulit yang sangat kasar.
Bukan itu saja rintangan yang harus mereka jalani. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) masih kerap kali terjadi disini, dan sayangnya itu juga hal biasa. Pernah nonton film Di Timur Matahari yang adegan ketika si mama dipukul suaminya karena dikira selingkuh? Atau ketika si mama potong jari karena suaminya meninggal? Itu juga masih terjadi disini.
Mama-mama Papua tidak mengenal bedak atau alat kecantikan lainnya untuk terlihat menawan. Cantiknya mereka itu disini, loh... Di hati. Hehehe :D
Semoga Bermanfaat. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H