Mohon tunggu...
Shindy Nilasari
Shindy Nilasari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

masih terus belajar untuk membanggakan ortu :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kami Ada Tapi Tak Terlihat

9 Mei 2016   11:04 Diperbarui: 9 Mei 2016   11:32 1287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kenapa, hah?!! Ko mau penggal sa?! Ayo, penggal sudah!! Penggal sa disini!!", bentak si bapak supir.

Orang-orang yang berhenti karena palang hanya bisa melihat. Beresiko sekali kalau terlibat perkelahian dengan masyarakat. Saya cuma bisa diam melihat dari dalam mobil.

"Saya mau penjelasan!!!"

"Kalo ko mau penjelasan datang ke Bupati sana!!! Jangan bawa-bawa torang!!!"

Ya, Tuhan... Kalau sampai salah-salah bicara mungkin bisa kena tembak ini. Saya belum siap...

Singkatnya, ada sekitar satu jam kami tertahan di distrik ini. Antrian mobil di belakang sudah mulai panjang. Pembicaraan sudah tidak setegang tadi, dan nampaknya si pace ini kewalahan menanggapi bantahan supir mobil kami.

Entah apa yang mereka bicarakan, akhirnya mobil kami bisa lewat melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan supir mobil yang kami tumpangi bercerita bahwa ternyata si pace A*min yang tadi memalang jalan adalah mantan kenek mobilnya waktu di Terminal Tolikara.

"Si A*min itu tadi mantan kenek saya. Dia yang bantu-bantu saya di Terminal Tolikara. Cuma karena dia pu badan besar, rambut talingkar (maksudnya, rambut yang sangat-sangat keriting), brewokan, muka macam OPM, makanya tara ada yang berani sama dia. Dia itu sebenarnya baik, tapi ya begitulah manusia. Urusannya cuma satu, kalo ada uang beres. Iya to??"

"Hmmm...", gumam saya.

"Pantas tadi bapak berani sekali tantang dia...."

"Dia itu dulu suka palang-palang minta uang. Uangnya nanti buat beli minum buat mabuk. Dia cerita, dia pu teman-teman yang sama-sama palang mati satu-satu. Gara-gara mabuk to? Dorang campur air aki sama alkohol itu... Bikin pendek umur saja. Dia bilang takut nanti kalo tiba-tiba mati seperti dia pu teman-teman. Dia tara mau palang-palang begitu lagi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun