"Apa dibungkus pake kertas kado saja?" Kak Amat bersuara pelan, seperti bertanya pada dirinya sendiri.
Kamu semakin khawatir. Agak ragu kalau perkiraanmu jangan sampai benar. Maka kamu merasa perlu memberitahu kalau kakak sudah menikah. Lebih baik Kak Amat tahu sekarang, ketimbang kecewa dengan kenyataan yang ada.
"Em ... Kak Amat?" kamu bersuara pelan.
"Iya?" pemuda bermata cokelat itu merespons dengan cepat.
"Kakak tahu kalau Kak Nir sudah menikah?"
Pemuda itu terlihat tenang. Bahkan terlalu tenang untuk sebuah kabar yang menurutmu akan begitu mengejutkan.
"Tahu, kok." Kak Amat menjawab dengan tersenyum.
Waduh. Apa Kak Amat berencana merusak hubungan pernikahan kakak? Kamu mulai berpikiran tidak-tidak. Mencemaskan isi kepalamu sendiri, lantas bergumam pelan, "Kak Amat tahu kakak udah nikah tapi kok masih ngasih tas? Tujuannya apa?"
"Hah? Kamu ngomong apa barusan?" rupanya Kak Amat mendengar gumamanmu.
"Eng-enggak, kok," kamu tidak bisa menyembunyikan kecemasanmu. "Kak Amat kenapa ngasih tas ke kakak? Tujuannya apa? kalau kakak ipar berpikir macam-macam, kan, repot!" kamu akhirnya mengeluarkan isi kepalamu.
Kak Amat tersenyum, menggeleng-geleng kepala dan menjentikkan tangannya ke keningmu.