Mohon tunggu...
Shidqiya IsnainaSholehah
Shidqiya IsnainaSholehah Mohon Tunggu... Lainnya - ...

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cerpen: Siapa yang Bercerita?

11 November 2020   17:53 Diperbarui: 11 November 2020   18:02 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ruangan gelap yang hanya tersisa sedikit cahaya kuning dari lilin dalam gelas bening beraksen segar khas cytrus, dipadu dengan dominasi aroma bunga-bunga khas Indonesia. Sentuhan aroma rempah dan woody-nya pun memberikan kesan mistis khas upacara adat Tanah Jawa.

Kata perkata dari potongan cerita mistis yang sedang keluar dari bibir tebal perempuan priang yaitu Alexa, yang semakin membuat suasana sangat mencekam.

Bibirnya mulai terhenti, rambut panjangnya sekarang menutupi sebagian wajahnya karena kepalanya menunduk. Dua matanya kini langsung tertuju pada tiga pasangan bola mata di hadapannya. Lalu bibirnya kembali bergerak.

"Ini adalah cerita yang diambil dari kenyataan"

Ketiga perempuan itu langsung menghembuskan nafas bersamaan. Salah satunya sampai langsung mengambil air minum untuk melancarkan kembali tenggorokan yang sudah mengering karena ceritanya. Memang dia sangat baik dalam hal cerita.

"Sudah jam berapa sekarang?" Tanya Alissya. Mereka pun otomatis langsung tertuju pada lingkaran petunjuk waktu.

"Masih jam 11 kok, ayo cerita lagi!" Jawab si perempuan polos yang masih ingin mendengarkan cerita-cerita mistis, yaitu Givelsha.

"Apa kita enggak langsung tidur aja? Sebentar lagi udah mau tengah malam,nih" kata Ameera yang sudah ketakutan sejak awal mereka mulai bercerita.

"Ah kamu mah payah, ayo lanjut aja ceritanya!" Timpal Givelsha. Ameera pun jengkel dan melingkarkan matanya kepada Givelsha dan mengambil beberapa tambahan bantal dan selimut untuk menutupi sebagian badannya mulai merinding lagi.

"Aku punya cerita, ini berdasarkan dengan pengalamanku saat aku berlibur" Dia Alissya. Memang beberapa hari yang lalu di sedang berlibur ke wisata dengan teman rumahnya.

Jam menunjukkan pukul 11.15 malam. diluar hujan gerimis sesekali kilat menerangi ruangan. Alissya menarik nafas pendek lalu memulai ceritanya. Cerita nyata yang dialaminya saat wisata ke Goa paling mistik di Indonesia, yaitu Goa Belanda. Mereka pun mulai saling duduk merapat, lalu Alissya pun berdeham dan mulai berbicara.

 "Kejadian ini saat aku berlibur ke Goa Belanda bersama teman-teman rumahku. Sebelumnya apa kalian tau misteri tentang Goa Belanda ?" Tanya Alissya ditengah ceritanya. Mereka pun serentak menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu.

" konon menurut cerita dari mulut ke mulut pengunjung dilarang menyebut kata 'lada'. Kata tersebut diyakini dapat memanggil para penghuni tak kasat mata di goa tersebut dan orang yang menyebutkan kata tersebut akan mengalami gangguan gaib. 

Saat itu beberapa temanku yang penakut menyarankan agar tidak berlibur ke tempat wisata Goa tersebut. Tapi mau bagaimana lagi, kami ingin liburan kali ini lebih berkesan dari sebelumnya. Lagi pula wisata ini bisa jadi penambah pengetahuan tentang sejarah yang terjadi pada zaman penjajahan"

"Sepanjang perjalanan kami, aku yang bertanggung jawab memegang kamera dan tentunya aku yang mengambil gambar saat liburan. Diawal perjalanan kami sangat percaya diri dan berani masuk kedalam wisata tersebut. Karna memang tidak kami saja yang sedang berkunjung ke Goa Belanda tersebut. 

Salah satu temanku yang jahil, dengan santainya dia menyebutkan kata 'lada' 3 kali saat kami ingin memasuki dalam Goa. Kami pun sempat memarahinya dan mencoba membuang rasa takut itu" lanjut Alissya.

"Kami pun mulai masuk bagian dalam Goa Belanda tersebut. Lalu aku mulai mengambil beberapa momen, teman-temanku yang sedang berdiri sejajar di depan pintu Goa yang bertulisan Goa Belanda. Lalu saat itulah aku membidiknya, memiliki sesuatu yang aneh. Sesuatu yang tak lazim" 

Alissya berhenti berbicara dan memperhatikan wajah ketiga teman perempuan dihadapannya. Mereka masih diam menatap lekat-lekat menunggu kelanjutan ceritanya. Alissya mendesah pelan. keadaan hening. Hujan telah berhenti tapi kilat sesekali menerangi langit. Lalu Alissya melanjutkan ceritanya dengan suara yang sedikit berat.

"Aku tidak bisa melepaskan pandanganku. Aku terus memperhatikan orang itu dibalik kamera. Dia sosok perempuan. Rambutnya berantakan, dia terduduk lesu dengan satu kaki. Saatku coba melihat lebih jelas, wajahnya rusak. Ada bercak darah di wajahnya sampai dengan pakaiannya yang berantakan.

Aku terus melihatnya sampai hampir lupa menekan tombol shutter. Lalu kulihat perempuan itu bangun dan berjalan mendekati salah satu temanku yang sedang berdiri untuk berfoto. Aku sangat terkejut sosok itu bisa berdiri bahkan berjalan hanya dengan satu kaki"

Alissya berhenti bercerita lalu mengamati ketiga teman perempuan nya dari balik keremangan cahaya lilin Cendana milik Givelsha. Lalu Alissya melanjutkan ceritanya lagi.

"Aku pun mencoba fokus dan berhasil membidik teman-temanku untuk foto. Setelah selesai membidik, teman-temanku berjalan kembali ke bagian Goa lainnya. Perempuan itu melihatku. Aku yakin sekali dia tersenyum tipis ke arahku.

Aku tertinggal. Lalu sosok perempuan itu perlahan berjalan ke arahku semakin dekat. Aku tidak bisa berlari, kedua kakiku rasanya kaku sekali. Bahkan aku tidak bisa berteriak. Tenggorokanku tercekat, hanya bibir ku saja yang bergerak.

" T-tolong a-aku ... " Lirih perempuan itu. Aku tercengang diam membisu beberapa detik. Lalu perempuan itu mengambil kedua tangan ku dan mengajakku ke bagian sisi Goa. 

Dingin sekali tangannya. Jari-jarinya kurus dan kulitnya mengering dengan darah. Kukunya tidak ada. Tubuhku tidak bisa melawan, suara ku tercekat, bahkan nafasku sudah sangat memburu." Kini ketiga perempuan itu benar-benar ketakutan terbawa cerita yang diceritakan oleh Alissya. Tubuh mereka semakin tererat tidak ada sela di antara mereka.

"Lalu, perempuan itu berhenti dan sekarang badannya berbalik kearahku. Matanya menatap lekat kewajahku. Lalu ujung jarinya menekan punggung tanganku sampai terasa sakit, padahal kukunya tidak ada. Aku sangat ketakutan. Aku tidak bisa melawan.

Beberapa detik kemudian, tangannya melepas tanganku dan dengan cepat tangannya yang gemetar terarah kewajahku. Waktu seperti terhenti, ruangan disekelilingku yang sudah remang kini menjadi gelap gulita. 

"GRAAAP !" Mereka telonjak saat Alissya mengejutkan mereka diakhir ceritanya. Mereka tertegun, waktu berjalan cepat sekali sudah tangan malam. Alissya terkekeh melihat ketiga temannya menciut ditempat. lalu Alissya memalingkan wajah ketiga temannya dan berbicara.

"Itu.. itu pengalaman ku" sahut Ameera. 

"Bukannya kau sudah hilang di sana !?" 

-tamat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun