Aku mencari kak Aaron di seluruh sudut rumah, ternyata tidak ketemu, ternyata dia berada di taman di luar sedang duduk sambil menonton drakor.
"Kak, Iraa boleh bicara gak?"
"Boleh, mau bicara apa?"
"Maafin aku ya bang, aku sadar aku ini udah keterlaluan, apalagi sampai nyiram kepala kakak kemaren, kalo kakak mau ngemarahin aku marahin aja, aku ikhlas kok, aku gamau dikutuk jadi reog karena jadi adik yang durhaka".
"Masalah nyiram gausah difikirin lagi, gausah merasa berdosa juga, mungkin itu efek karena terlalu dimanjakan para kakak, tapi gapapa karena kita ingin yang terbaik buat Iraa, abang sendiri rela korbanin nyawa abang demi kamu. Alay bet yaa hehe".
"Makin ngerasa dosa". Ucap Ira sambil menyusut air mata.
"Mungkin selama ini Kakak cuek sama Ira, tapi bukan berarti abang gak sayang, tiap malem kakak selalu dating ke kamar kamu, mastiin suhu AC kamar, kamu udah pake selimut atau belum, dan abang selalu cium kening Iraa tanpa Iraa sadar"
"SERIUS KAK?, tapi kan kamar Ira selalu dikunci?". Ucapku terkejut.
"Kakak punya kunci duplikatnya kok, kakak punya kunci duplikat semua kamar".
"Jadi abang selama ini jadi juru kunci yaa." Ujar ku sambil tersenyum
"Maaf yaa kakak selama ini terlalu cuek".