Giyanti masih terdiam sebelum mengeluarkan kata untuk menjawab.
"Gak apa-apa, mungkin kamu kecapean aja," ucap Giyanti menenangkan cucunya.
"Aku gak kecapean, Nek! Nenek kayaknya nyembunyiin sesuatu, deh!" celetuk Celia.
"Nyembunyiin apa?"
"Enggak tau, tapi Nenek kayak tau apa gitu!" kesal Celia yang tak mendapatkan jawaban apa-apa dari Giyanti.
"Udah-udah, ayo kita sarapan, mama kamu pasti udah nunggu."
Celia membantu neneknya untuk bangun dari ranjang. Ia tampak tak ceria dengan wajah yang cemberut itu.
Dari ujung ke ujung banyak debu yang menempel pada benda-benda yang tersusun rapi di tempatnya. Dipastikan tak ada satu pun orang yang membersihkan rumah ini. Karenanya, dengan senang hati Celia membantu membersihkan dan merapikan seisi rumah neneknya, dengan Wulan tentunya.
Celia diberi tugas untuk merapikan ruang tamu dan keluarga. Ia mengelap debu-debu yang tertempel di sofa dan meja. Tak ketinggalan juga foto-foto yang tertempel di dinding pun ia bersihkan menggunakan kemoceng. Karena letaknya yang terlalu tinggi ia pun menaiki salah satu sofa.
"Kotor banget," gumam Celia.
Ia pun beralih pada bingkai foto yang terletak di atas meja. Dengan hati-hati, ia mengambil foto itu dengan tangan kanannya. Tampak jelas wajah seorang wanita tercetak di foto tersebut. Gadis itu sangat tahu siapa wanita itu.