Mohon tunggu...
sheila adelia mustika az zahra
sheila adelia mustika az zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - pendidikan sejarah

hi, welcome!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Doa dan Perjuangan

12 Mei 2022   09:04 Diperbarui: 12 Mei 2022   09:17 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang wanita berbalut baju pengantin tengah duduk di depan meja rias sambil menunduk. "apa aku sudah siap?" itu yang terlintas di hatinya. Hari ini adalah hari pernikahannya dengan seorang lelaki yang ia cintai. Diluar , sedang dilaksanakan proses ijab kabul. Ia terus berdoa agar dilancarkan segalanya. Pintu terbuka dan memunculkan seorang wanita yang amat ia sayangi dalam hidupnya, yang telah membesarkannya hingga sekarang.

"ndo, dikit lagi proses ijab kabulnya selesai. Kamu gamau keluar ?" ibunya itu mengusap kepalanya pelan. "buk, ningsih sudah pantaskah menjadi seperti ibuk? Yang sabar merawat anak , sabar menghadapi cobaan rumah tangga , sabar semuanya buk. Apa ningsih bisa buk?" ningsih berucap sambil sedikit menitikkan air mata.

"ningsih.. semua perempuan di dunia ini pasti akan merasakan yang namanya menjadi ibu.. dan sebelum menjadi ibu itu harus belajar dulu ning.. belajar sabar , belajar mengurus suami , belajar ilmu pengetahuan yang akan kamu turunkan untuk anak-anakmu ning.. seiring berjalannya waktu , kamu akan terbiasa dengan keadaan ini ning. Sudah yuk , kita keluar , kamu sepertinya sudah di panggil  ning, ayuk.." ibunya menggandeng ningsih keluar kamarnya.

Ningsih keluar kamar dan melihat sekelilingnya yang sudah ramai tamu , mas sufyan yang melihat penampilan ningsih merasa takjub dengan ningsih. "kamu cantik ningsih" mas sufyan memegang tangan ningsih. "aku takut mas" ningsih menunduk di depan mas sufyan. "kita pasti bisa ningsih.. bismillah" mas sufyan mencium kening ningsih lalu memeluk wanita yang sekarang sudah menjadi istri sahnya itu.

Seharian mereka menyalami tamu-tamu yang datang ke acara resepsi pernikahannya. Sekarang saatnya mereka pamit untuk tinggal di rumah yang telah mereka beli menggunakan uang tabungan mereka. "sufyan , sekarang ningsih sudah menjadi tanggung jawab kamu.. tolong kamu jaga ningsih , bapak sangat mempercayai kamu yan.. anak bapak satu-satunya loh ini hahaha" bapaknya menepuk bahu sufyan, sufyanpun tertawa. "bapak , ibu , maafin ningsih ya buk, pak. Selama ini ningsih nyusahin bapak , ibu. Sekarang doakan ningsih yang akan membina rumah tangga dengan mas sufyan.. makasih untuk selama ini bapak , ibuk. Ningsih sayang bapak , ibuk" ningsih memeluk kedua orang tuanya itu.

Setelah itu ningsih dan sufyan berangkat ke rumah barunya. "ga nyangka ya mas , yang dulu masih cinta monyet di sma , jadi suami yang sah hahaha, aku bahagia mas." Mas sufyan mengelus puncak kepala ningsih. "iya ning , doain mas ya biar bisa jagain kamu dan anak-anak kita nanti heheh" ningsih tersenyum mendengar ucapan dari mas sufyan.

Setelah mereka sampai di rumah barunya , orang-orang yang telah mereka bayar untuk menata barang-barang pun langsung bergegas melakukan tugas masing-masing. "hati-hati ya pak , itu gampang pecah hehe." Ucap ningsih sambil menggandeng tangan suaminya.

Sebulan sudah ia menempati rumah barunya itu, sudah banyak berbaur dengan tetangga , dan suaminya pun juga sama. Sekarang ningsih sedang menunggu mas sufyan pulang. "aduh mas sufyan lama banget sih pulangnya." Pasalnya ia ingin memberi kejutan yang besar untuk mas sufyan. Sudah dua jam ia menanti kepulangan mas sufyan tapi belum juga kelihatan batang hidung mas sufyan.

Tak lama kemudian terdengar pagar otomatisnya terbuka , tandanya mas sufyan yang pulang. Karna pagarnya otomatis terbuka bila kendaraan yang datang adalah kendaraan yang sudah di setting terhubung dengan pagar itu. "nah itu pasti mas sufyan" ningsih melihat ke arah jendela.

Mas sufyan memasuki rumahnya

 "assalamu'alaikum ningsih? Mas sufyan pulang ning" mas sufyan melihat seperti tidak ada orang. Ningsih tiba-tiba memeluk mas sufyan dari samping "mas sufyann, hai" mas sufyan terkejut " ningsih mas sampai kaget , kamu ada-ada aja sih hahaha , ngapain segala ngumpet?" mas sufyan tersenyum. "mas aku punya sesuatu buat mas."

 Ningsih memberikan sebuah kotak kecil berwarna hitam. Ketika mas sufyan membuka kotak itu , mas sufyan memeluk ningsih dan menangis. "alhamdulillah ning , ya allah. Mas seneng banget ning.. mas janji , mas akan jaga kamu dan anak kita ini sebaaaaaik mungkin ning. Sekarang kamu mau apa? Mau jalan-jalan? Mas pasti akan turutin ning hahah" ucap mas sufyan yang masih memeluk ningsih. Ningsih tersipu malu "gausah mas , aku juga belum mau apa apa kok. Mas sekarang istirahat aja yuk" sufyan dan ningsih langsung menuju kamar mereka dan beristirahat.

Dua bulan , tiga bulan , sampai saat ini usia kandungan ningsih sudah sembilan bulan. Sekarang ningsih berada di rumah sakit karena kata dokter ia sudah pembukaan 10 dan dikit lagi melahirkan. Ia ditemani oleh bapak , ibu , sufyan dan bapak ibu nya sufyan juga. "makasih ya bapak , ibu , mas , semuanya.. doain ningsih kuat" ucap ningsih sambil tersenyum dan menangis. " kamupun ikut berdoa toh ndok , kamu pun harus kuat dan berjuang demi anakmu ndok.. memang akan terasa sakit bukan main, tetapi itu akan menjadi kebahagiaan tersendiri untuk kamu." Semuanya tersenyum dan memeluk ningsih.

Semua keluarga menunggu di depan ruang bersalin dan mendoakan ningsih yang sedang berjuang melahirkan anaknya. "suf , kamu nanti harus semangatin ningsih ya suf haha, nanti dia bisa ngambek loh haha." Bapak ningsih menghibur sufyan yang sedang menunduk. "iya pak itu pasti hahaha , semoga ningsih lancar ya pak" bapak mengangguk.

Dokter keluar dari ruang bersalin , "keluarga nyonya ningsih?" ucap dokter itu. "iya dok saya suaminya dok" sufyan langsung berdiri semangat. "selamat ya pak , anda telah menjadi ayah, anaknya berjenis kelamin laki-laki.saya permisi dulu" setelah dokter itu pergi, sufyan langsung ber sujud syukur lalu memeluk bapak ningsih dan bapaknya.

Sufyan menghampiri ningsih dan mengelus puncak kepala ningsih. "selamat ya sayang , kamu udah melewati masa masa perjuangan hahaha" sufyan mencoba menghibur ningsih. Ningsih tersenyum sedikit , karena ia masih merasakan sisa sakit melahirkan putanya itu. "mas , mau dikasih nama siapa?" ningsih masih menggenggam tangan sufyan. Sufyan tampak sedang berfikir. "gimana kalau nama kita di satukan?" ningsih sedikit berfikir.

"sufin? Sufyan ningsih? Gimana?" sufyan menggangguk setuju. Sufyan memeluk istrinya itu. Mereka memberi nama putranya 'putra sufin albari' , nama hasil diskusi mereka berdua.
Beberapa hari kemudian , ningsih pulang dari rumah sakit.

Banyak tetangga yang mengucapkan  selamat , memberi hadiah , dan sebagian membantu mengurus anaknya. "terima kasih ya ibu-ibu semua , saya merasa tidak enak dengan ibu-ibu semua. Terima kasih banyak bu.." ningsih duduk di sofa secara perlahan karena perut nya masih terasa nyeri.

"tidak apa apa bu, ini tidak seberapa , yasudah bu ningsih kami pulang dulu ya .. semoga dek sufin menjadi anak yang berbakti dan taat pada perintah Allah.. kami pulang dulu ya bu , kalau ada apa-apa bilang kami saja ya bu.. permisi.." ibunya ningsih mengantarkan tetangga-tetangganya itu ke depan pintu gerbang. Sementara di dalam ningsih di temani oleh ibu mertua nya.

Malampun tiba ..

Sufin sama sekali tidak rewel , seperti pengertian terhadap ayah dan ibu nya yang capek seharian mengurus ia. "mirip banget sama kamu mas" ningsih dan sufyan sedang memerhatikan sufin yang sedang di keranjang bayi. "iyalah ning , kan anak aku. Aneh nih kamu. Kalo ga mirip aku kan malah bingung hahah" ningsih memukul pelan bahu sufyan.

 "apasih mas kok ngomongnya gitu , udah yu tidur mas" ningsih memegang erat tangan sufyan. "yuk" akhirnya mereka tidur dengan ketenangan tanpa ada suara tangisan bayi.

Pagi-pagi , ningsih harus masak untuk suaminya. Ibu ningsih dan mertuanya sudah pulang sejak pagi tadi. Ia juga harus menyiapkan air hangat untuk sufin. " mas , sarapanmu di meja ya.. aku mau masak air hangat buat sufin dulu mas hehe" ningsih menuju dapur. Baru seminggu pasca melahirkan , ningsih sudah melakukan banyak pekerjaan rumah.

Kalau mas sufyan bilang ia akan cuti untuk membantu ningsih , ia akan segera menolak tawaran itu. Ningsih bilang 'ini sudah menjadi tugas seorang ibu mas' sangat manis kata-kata itu di dengar di telinga sufyan.

"dedek sufin namanya ini , anaknya ayah sufyan inini, utukutuk , tayang ibu" itu lah celotehan ningsih saat memandikan sufin. "eh jagoan ayah lagi mandii"  ucap Sufyan yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya. "mas berangkat dulu ya ning, kamu hati-hati dirumah. kalo butuh apa-apa hubungin mas aja ya" setelah menaruh sufin di kasur, ningsih menyalami mas sufyan. dan mengantarkan sampai pintu. sufyan melambaikan tangannya dari dalam mobil , ningsih melambaikan tangannya pula dan tersenyum.

setelah sufin selesai di mandikan, disusui sampai sufin tertidur. lalu ningsih merapihkan ruang tengah nya yang sedikit berantakan. lalu ia menemukan foto keluarganya saat ia masih sangat kecil. ningsih melihat itu tersenyum haru. "aku bener-bener ga nyangka buk, pak. aku udah punya anak sekarang. dan tugasku sebagai ibu harus bisa mengurus nya hingga ia sukses.." ningsih memeluk foto itu sebentar lalu memasukkan lagi ke dalam album.

tak terasa, sufin beranjak besar.  sufin sekarang sudah di bangku sekolah dasar.

"gimana sufin tadi di sekolah?" tanya ningsih pada anaknya. "upin udah dapet banyak temen bu, upin seneng banget di sekolah. upin paling jago, soalnya upin sekolahnya ga ditemenin ibu. upin pemberani!" upin berkata sambil memajukan dada nya seolah-olah pahlawan. ningsih tersenyum melihat perkembangan upin. "iya dong, upin kan pemberani, baik hati, dan pintar! nah sekarang waktunya upin mandi terus belajar! oke?" ningsih mengacungkan jempolnya. lalu upin mengangguk dan pergi ke kamarnya.

upin tengah belajar di kamarnya,  lalu ningsih menghampiri upin. ningsih mengelus kepala upin. "belajar yang rajin ya upin, supaya bisa jadi juara di sekolah upin. tapi hal terpenting adalah kejujuran pin. apapun yang upin lakukan harus?" upin dengan semangat menjawab "jujur buk!" ningsih tersenyum. "anak ibuk pinter banget nih, yaudah ibu mau ke kamar dulu ya upin.. kamu jangan tidur malem-malem ok?" upin mengangguk mendengar perkataan ibunya.
tiba-tiba ningsih merasa sesak nafas , ia tidak ingin upin melihatnya sedang sesak napas. ningsih langsung meminum obatnya ,setelah tenang ia kembali tidur.

(pagi hari nya)

seperti biasa ningsih menyiapkan sarapan untuk mas sufyan dan sufin. "mas, maaf ya semalem aku ketiduran.. aku tiba-tiba pusing mas, jadi aku tidur hehe" ucap ningsih sambil menuangkan nasi di piring mas sufyan. "iya gapapa ning , mas ngerti ko" mas sufyan tersenyum. "ibuk, ambilin nasi upin dong , masa ayah aja yang di ambilin. Males" sufyan dan ningsih tertawa melihat itu. "iya bawel , nih nasi nya" ningsih mengelus puncak kepala sufin.

Setelah keduanya sarapan , sufyan dan sufin berangkat bersama.

Ningsih langsung bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit. "pak , buruan ya pak" ucap ningsih kepada supir di rumahnya. "njeh buk" jawab sang supir.

Hari ini sufyan pulang siang , sementara sufin sudah pulang dan sedang tidur di kamarnya. "assalamu'alaikum ayah pulang" teriak sufyan ketika memasuki rumahnya. Ningsih yang sudah menunggu di ruang tengah langsung menyambut sufyan di depan pintu. "ning , ko kamu pucet hari ini?" sufyan meraba kening ningsih. "ngga ko , lagi gak dandan aja aku hari ini hehehe" ningsih tersenyum. "yaudah aku ganti baju dulu ya" sufyan langsung menuju kamarnya.

"ibuk , ayah udah pulang?" teriak sufin yang baru bangun dari tidurnya. "udah pin , ayah lagi ganti baju. Sini sama ibuk dulu yuk" ningsih memangku sufin. Lalu sufin meminta ningsih untuk bercerita , bermain tepuk dua tangan dan lain --lain. Memang sufin cenderung lebih dekat dengan ningsih. "sufin , kalau nanti ibu gak lagi sama sufin. Sufin harus jadi anak yang mandiri ya. Gaboleh nakal , sufin harus nurut kata-kata ayah. Kalo dikasih uang lebih sama ayah jangan di jajanin semua, simpan sisanya. Sufin harus jadi anak yang pemberani ! oke?" ucap ningsih sambil mengacungkan jempol nya.

Sufin mengerutkan keningnya , " emang ibuk mau kemana? Ibuk kan selalu sama sufin" sufin memeluk ningsih dengan erat begitupun , sebaliknya. "iya sufin.." ningsih mencium puncuk kepala sufin. Sufyan menghampiri mereka berdua "aduh , ayah ketinggalan apa nih?" sufyan duduk di sebelah ningsih yang sedang memangku sufin. "ayah ketinggalan banyak kereta. Huuuuu. Eh ayah , sufin mau jalan-jalan" sufin menatap sufyan melas.

"bisa aja kamu rayu ayah ya! Sini ayah kasih hadiah dulu" sufyan menggendong dan mengelitik perut sufin. Sufin tertawa sangat lepas. " ayah , ayah ayah udah hahahahaha" sufin menggigit tangan ayahnya. " eh sufin sakit tau" sufin tertawa melihat kesakitan ayahnya. "haha rasain , sufin kan harus kuat! Harus bisa melindungi diri! Hehe" ningsih tersenyum melihat itu semua.

Setelah sepakat, mereka ber tiga pergi ke dunia fantasi. Disana ningsih hanya menemani mereka berdua . menyiapkan makan yang telah ia bawa dari rumah. Ningsih sama sekali tidak menaiki wahan satu pun. "ning , kamu gamau naik apa gitu?" sufyan menatap ningsih yang sedang menyuapi sufin. " ngga mas , aku nemenin kalian aja ah hahaha". Sehari itu benar-benar terasa mengasyikkan bagi keluarga kecil itu.

Di perjalanan pulang , sufin ter tidur di kursi belakang. Sedangkan ningsih ada di samping kursi sufyan yang sedang menyetir. Tiba-tiba sufyan melihat ningsih ter engap- engap mencoba bernafas. Sufyan panik , langsung meminggirkan mobilnya. " ning?ning? kamu kenapa ning? Ning?" sufyan menepuk-nepuk pipi ningsih. "m..m..mas" nigsih masih mencoba bernafas. Ningsih baru ingat ia lupa bawa obatnya.

Karena sufyan panik , ia langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Ningsih pingsan ketika menuju rumah sakit. "ning , tahan ya ning." Sofyan mengelus puncak kepala ningsih.
Setelah sampai rumah sakit, ningsih langsung dibawa oleh suster yang sufyan panggil menggunakan ranjang. Sufin sudah di gendongan sufyan,

"ayah , ibu mau dibawa kemana?" sufin yang bangun karena terpaksa itu pun bingung. "ibu mau di periksa suster dulu ya , sufin sama ayah aja disini. Ya?" sufyan memeluk sufin. "kata pa guru , suster itu asistennya dokter. Jadi ibuk mau dibawa pa dokter juga yah? Ibu sakit?" sufyan berusaha tersenyum di depan sufin. "sebentar lagi ibu sembuh ko.." setelah sufyan berkata seperti itu pada anaknya , 1 suster ada yang terlihat panik keluar.

"sus ada apa sus?" Tanya sufyan panik. "bapak tenang dulu ya pak , kita sedang berusaha. Sebaiknya bapak berdoa supaya ibu ningsih bisa bertahan" suster itu segera bergegas buru-buru. Sufyan memeluk sufin. Sufyan menghubungi ibu dan ayah ningsih , ibu dan ayah ia juga.

Setelah sufyan menunggu lama ,

dokter keluar dengan wajah yang tidak membuat sufyan gembira. "dok , ibuk upin gimana?" sufin melompat kearah dokter itu sementara sufyan mentap dokter itu dengan mata yang merah. "kami memohon maaf , kami sudah berusaha. Semoga anda dan keluarga di beri ketabahan." Sufyan memeluk sufin menangis tetapi dengan cepat sufyan menghapus air mata itu. "ayah , ibuk mana?" sufin melihat mata ayahnya yang merah. "ayah nangis?" sufin memegang kedua pipi ayahnya.

"ayah , kata ibu kalo ibu lagi gaada , sufin harus menjadi anak yang kuat dan pemberani. Ayah juga harus gitu! Ayo kita ke ibuk yah , biar ayah gak nangis lagi" sufin menggandeng tangan sufyan menuju kamar. Tetapi sufyan dengan cepat menahan sufin dan menggendongnya "upin , ibuk lagi bobo. Nanti ya jangan di ganggu dulu" sufin mengangguk polos.

Tak lama kemudian datang keluarga ningsih dan sufyan. "suf? Gimana?" bapak ningsih terkejut melihat mata sufyan yang merah. "maafin sufyan pah , maafin sufyan. Sufyan gagal jagain ningsih. Sufyan gagal pah" sufyan menangis di pelukan ayah ningsih. Mendengar pernyataan sufyan , ibu ningsih langsung duduk sambil di papah oleh ibunda sufyan. "suf , suf , kamu bohong kan?" ucap ibu ningsih sambil duduk dan hampir tak sadarkan diri.

Sufyan duduk jongkok di depan ibu ningsih. "buk , maafin sufyan , buk sufyan minta maaf. Sufyan minta maaf buk" ibu ningsih mengelus puncak kepala sufyan. "dapapa ndo, ini sudah takdir tuhan, sebaiknya kita doakan ningsih di tempatkan di tempat terbaik. Sudah , sekarang kamu urus semuanya sama bapak sana , dah dah bangun" ibu ningsih berusaha tegar.

Sementara sufin sudah dibawa oleh bapaknya sufyan keluar rumah sakit.

Setelah mengurus semuanya , dan ningsih pun sudah di makamkan. Rumah pun tinggal ayah ibu ningsih , sufyan , sufin , ayah ibu sufyan. Sufyan istirahat di kamarnya karena seharian ia mengurus pemakaman ningsih.

Sufyan memandangi foto di bingkai yang menampakkan foto ningsih saat ia menggendong sufin di rumah sakit. "ning , cepat sekali kamu meninggalkan mas.. mas gak tahu apa penyakitmu ning. Kenapa kamu gak bilang sama mas? Atau mas yang gak peka sama kamu? Maafin mas ya ning.. mas belum bisa jadi suami yang baik.. ning , seandainya kamu masih bisa denger ucapan mas , mas akan bilang 'mas mencintai kamu sangat sangat kamu wanita terbaik bagi mas setelah ibu mas.. mas sayang banget sama kamu ning." Sufyan mendekap foto itu.

Sufin memasuki kamar sufyan dan menghampiri sufyan. "ayah , ayah , upin tau ayah sedih ibu mau pergi lama. Tapi ayah harus contoh upin , upin kuat , upin pemberani, upin ga sedih , karena upin tau ibuk masi sama upin sampai kapan pun. Ayah jangan nangis lagi ya ayah! Upin sayang ayah sama ibu." sufyan yang mendengar perkataan sufin itu tersenyum dan mengelus kepala upin. "ayah gak sedih kok! Ayah kuat kaya upin." Sufyan mencium kening sufin.

Sufin mengeluarkan sebuah kotak. "ayah , ini waktu itu upin liat ibu nyembunyiin ini di laci upin." Sufyan mengambil kotak itu. Sufyan kaget saat melihat isi kotak itu. Ada surat dokter yang  menyatakan bahwa ningsih mengidap penyakit lemah jantung. Sufyan sangat terkejut. Lalu di bawahnya ada foto saat ia menikah dengan sufyan. Ada foto sufin saat masih baru lahir. Sufyan menangis sejadi-jadinya. Sufin sudah keluar sejak tadi. Dan paling bawah sekali ada surat yang bertuliskan untuk mas sufyan dan anakku sufin.

Untuk :
Mas sufyan dan anakku sufin sayang.

Mas , nak. Maafin ibuk yang selama ini belum menjadi istri dan ibuk yang baik. Ibuk
Bahagia sekali punya kalian berdua.. maaf ibuk menyenmbunyikan penyakit yang
Sebenarnya sudah dari melahirkan sufin ibu rasakan. Ndak.. ini bukan salah sufin atau
Mas sufyan.. ini kesalahan ibu .. ibu yang tak bisa menjaga kesehatan ibu sendiri..
Mas sufyan , maafin aku yang harus pergi duluan.. mas harus janji mas bisa urus
Sufin.. sampai sufin menjadi anak yang dapat membawa nama baik kita berdua..
Mas, mungkin segitu aja dari aku , aku sayang sama kalian.. oh iya , jagain juga ayah
Ibuku ya mas.. kalau mas mau cari penggantiku , aku sudah izinkan mas.. aku ikhlas
karena bagaimanapun juga sufin masih butuh ibu.. mas , aku sayang sama mas sangat2
Semoga kita bertemu di surganya Allah ya mas..
Salam sayang
Ningsih yang sayang sekali sama sufyan  dan ibuk yang sangat sayang pada sufin

Sufyan yang membaca itu langsung menangis lagi , memang hari ini hari tersedih yang dialami sufyan dan keluarganya.

 Ningsih menurutnya adalah perempuan terkuat setelah ibunya. Ia sangat sangat kagum dengan ningsih yang verjuang demi anaknya , rumah tangganya , dan penyakitnya. Sufyan tak bisa membayangkan saat ningsih memperjuangkan penyakitnya sendirian. Sufyan selalu berdoa pada Allah agar ia dapat mengurus sufin walau sendirian dan ia akan tetap setia pada ningsih. Sufyan akan berusaha menjadi ayah dan ibuk bagi sufin. Sufyan berjanji.

Selesai.

"berusaha menjadi juara memang butuh usaha yang penuh , tetapi berusaha menjadi anak yang baik bagi kedua orang tua akan jauh lebih sulit. Bahagiakanlah orang tuamu selagi masih ada. Penyesalan akan datang di akhir"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun