Mohon tunggu...
sheila adelia mustika az zahra
sheila adelia mustika az zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - pendidikan sejarah

hi, welcome!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Doa dan Perjuangan

12 Mei 2022   09:04 Diperbarui: 12 Mei 2022   09:17 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang wanita berbalut baju pengantin tengah duduk di depan meja rias sambil menunduk. "apa aku sudah siap?" itu yang terlintas di hatinya. Hari ini adalah hari pernikahannya dengan seorang lelaki yang ia cintai. Diluar , sedang dilaksanakan proses ijab kabul. Ia terus berdoa agar dilancarkan segalanya. Pintu terbuka dan memunculkan seorang wanita yang amat ia sayangi dalam hidupnya, yang telah membesarkannya hingga sekarang.

"ndo, dikit lagi proses ijab kabulnya selesai. Kamu gamau keluar ?" ibunya itu mengusap kepalanya pelan. "buk, ningsih sudah pantaskah menjadi seperti ibuk? Yang sabar merawat anak , sabar menghadapi cobaan rumah tangga , sabar semuanya buk. Apa ningsih bisa buk?" ningsih berucap sambil sedikit menitikkan air mata.

"ningsih.. semua perempuan di dunia ini pasti akan merasakan yang namanya menjadi ibu.. dan sebelum menjadi ibu itu harus belajar dulu ning.. belajar sabar , belajar mengurus suami , belajar ilmu pengetahuan yang akan kamu turunkan untuk anak-anakmu ning.. seiring berjalannya waktu , kamu akan terbiasa dengan keadaan ini ning. Sudah yuk , kita keluar , kamu sepertinya sudah di panggil  ning, ayuk.." ibunya menggandeng ningsih keluar kamarnya.

Ningsih keluar kamar dan melihat sekelilingnya yang sudah ramai tamu , mas sufyan yang melihat penampilan ningsih merasa takjub dengan ningsih. "kamu cantik ningsih" mas sufyan memegang tangan ningsih. "aku takut mas" ningsih menunduk di depan mas sufyan. "kita pasti bisa ningsih.. bismillah" mas sufyan mencium kening ningsih lalu memeluk wanita yang sekarang sudah menjadi istri sahnya itu.

Seharian mereka menyalami tamu-tamu yang datang ke acara resepsi pernikahannya. Sekarang saatnya mereka pamit untuk tinggal di rumah yang telah mereka beli menggunakan uang tabungan mereka. "sufyan , sekarang ningsih sudah menjadi tanggung jawab kamu.. tolong kamu jaga ningsih , bapak sangat mempercayai kamu yan.. anak bapak satu-satunya loh ini hahaha" bapaknya menepuk bahu sufyan, sufyanpun tertawa. "bapak , ibu , maafin ningsih ya buk, pak. Selama ini ningsih nyusahin bapak , ibu. Sekarang doakan ningsih yang akan membina rumah tangga dengan mas sufyan.. makasih untuk selama ini bapak , ibuk. Ningsih sayang bapak , ibuk" ningsih memeluk kedua orang tuanya itu.

Setelah itu ningsih dan sufyan berangkat ke rumah barunya. "ga nyangka ya mas , yang dulu masih cinta monyet di sma , jadi suami yang sah hahaha, aku bahagia mas." Mas sufyan mengelus puncak kepala ningsih. "iya ning , doain mas ya biar bisa jagain kamu dan anak-anak kita nanti heheh" ningsih tersenyum mendengar ucapan dari mas sufyan.

Setelah mereka sampai di rumah barunya , orang-orang yang telah mereka bayar untuk menata barang-barang pun langsung bergegas melakukan tugas masing-masing. "hati-hati ya pak , itu gampang pecah hehe." Ucap ningsih sambil menggandeng tangan suaminya.

Sebulan sudah ia menempati rumah barunya itu, sudah banyak berbaur dengan tetangga , dan suaminya pun juga sama. Sekarang ningsih sedang menunggu mas sufyan pulang. "aduh mas sufyan lama banget sih pulangnya." Pasalnya ia ingin memberi kejutan yang besar untuk mas sufyan. Sudah dua jam ia menanti kepulangan mas sufyan tapi belum juga kelihatan batang hidung mas sufyan.

Tak lama kemudian terdengar pagar otomatisnya terbuka , tandanya mas sufyan yang pulang. Karna pagarnya otomatis terbuka bila kendaraan yang datang adalah kendaraan yang sudah di setting terhubung dengan pagar itu. "nah itu pasti mas sufyan" ningsih melihat ke arah jendela.

Mas sufyan memasuki rumahnya

 "assalamu'alaikum ningsih? Mas sufyan pulang ning" mas sufyan melihat seperti tidak ada orang. Ningsih tiba-tiba memeluk mas sufyan dari samping "mas sufyann, hai" mas sufyan terkejut " ningsih mas sampai kaget , kamu ada-ada aja sih hahaha , ngapain segala ngumpet?" mas sufyan tersenyum. "mas aku punya sesuatu buat mas."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun