Mohon tunggu...
sheila adelia mustika az zahra
sheila adelia mustika az zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - pendidikan sejarah

hi, welcome!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Doa dan Perjuangan

12 Mei 2022   09:04 Diperbarui: 12 Mei 2022   09:17 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini sufyan pulang siang , sementara sufin sudah pulang dan sedang tidur di kamarnya. "assalamu'alaikum ayah pulang" teriak sufyan ketika memasuki rumahnya. Ningsih yang sudah menunggu di ruang tengah langsung menyambut sufyan di depan pintu. "ning , ko kamu pucet hari ini?" sufyan meraba kening ningsih. "ngga ko , lagi gak dandan aja aku hari ini hehehe" ningsih tersenyum. "yaudah aku ganti baju dulu ya" sufyan langsung menuju kamarnya.

"ibuk , ayah udah pulang?" teriak sufin yang baru bangun dari tidurnya. "udah pin , ayah lagi ganti baju. Sini sama ibuk dulu yuk" ningsih memangku sufin. Lalu sufin meminta ningsih untuk bercerita , bermain tepuk dua tangan dan lain --lain. Memang sufin cenderung lebih dekat dengan ningsih. "sufin , kalau nanti ibu gak lagi sama sufin. Sufin harus jadi anak yang mandiri ya. Gaboleh nakal , sufin harus nurut kata-kata ayah. Kalo dikasih uang lebih sama ayah jangan di jajanin semua, simpan sisanya. Sufin harus jadi anak yang pemberani ! oke?" ucap ningsih sambil mengacungkan jempol nya.

Sufin mengerutkan keningnya , " emang ibuk mau kemana? Ibuk kan selalu sama sufin" sufin memeluk ningsih dengan erat begitupun , sebaliknya. "iya sufin.." ningsih mencium puncuk kepala sufin. Sufyan menghampiri mereka berdua "aduh , ayah ketinggalan apa nih?" sufyan duduk di sebelah ningsih yang sedang memangku sufin. "ayah ketinggalan banyak kereta. Huuuuu. Eh ayah , sufin mau jalan-jalan" sufin menatap sufyan melas.

"bisa aja kamu rayu ayah ya! Sini ayah kasih hadiah dulu" sufyan menggendong dan mengelitik perut sufin. Sufin tertawa sangat lepas. " ayah , ayah ayah udah hahahahaha" sufin menggigit tangan ayahnya. " eh sufin sakit tau" sufin tertawa melihat kesakitan ayahnya. "haha rasain , sufin kan harus kuat! Harus bisa melindungi diri! Hehe" ningsih tersenyum melihat itu semua.

Setelah sepakat, mereka ber tiga pergi ke dunia fantasi. Disana ningsih hanya menemani mereka berdua . menyiapkan makan yang telah ia bawa dari rumah. Ningsih sama sekali tidak menaiki wahan satu pun. "ning , kamu gamau naik apa gitu?" sufyan menatap ningsih yang sedang menyuapi sufin. " ngga mas , aku nemenin kalian aja ah hahaha". Sehari itu benar-benar terasa mengasyikkan bagi keluarga kecil itu.

Di perjalanan pulang , sufin ter tidur di kursi belakang. Sedangkan ningsih ada di samping kursi sufyan yang sedang menyetir. Tiba-tiba sufyan melihat ningsih ter engap- engap mencoba bernafas. Sufyan panik , langsung meminggirkan mobilnya. " ning?ning? kamu kenapa ning? Ning?" sufyan menepuk-nepuk pipi ningsih. "m..m..mas" nigsih masih mencoba bernafas. Ningsih baru ingat ia lupa bawa obatnya.

Karena sufyan panik , ia langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Ningsih pingsan ketika menuju rumah sakit. "ning , tahan ya ning." Sofyan mengelus puncak kepala ningsih.
Setelah sampai rumah sakit, ningsih langsung dibawa oleh suster yang sufyan panggil menggunakan ranjang. Sufin sudah di gendongan sufyan,

"ayah , ibu mau dibawa kemana?" sufin yang bangun karena terpaksa itu pun bingung. "ibu mau di periksa suster dulu ya , sufin sama ayah aja disini. Ya?" sufyan memeluk sufin. "kata pa guru , suster itu asistennya dokter. Jadi ibuk mau dibawa pa dokter juga yah? Ibu sakit?" sufyan berusaha tersenyum di depan sufin. "sebentar lagi ibu sembuh ko.." setelah sufyan berkata seperti itu pada anaknya , 1 suster ada yang terlihat panik keluar.

"sus ada apa sus?" Tanya sufyan panik. "bapak tenang dulu ya pak , kita sedang berusaha. Sebaiknya bapak berdoa supaya ibu ningsih bisa bertahan" suster itu segera bergegas buru-buru. Sufyan memeluk sufin. Sufyan menghubungi ibu dan ayah ningsih , ibu dan ayah ia juga.

Setelah sufyan menunggu lama ,

dokter keluar dengan wajah yang tidak membuat sufyan gembira. "dok , ibuk upin gimana?" sufin melompat kearah dokter itu sementara sufyan mentap dokter itu dengan mata yang merah. "kami memohon maaf , kami sudah berusaha. Semoga anda dan keluarga di beri ketabahan." Sufyan memeluk sufin menangis tetapi dengan cepat sufyan menghapus air mata itu. "ayah , ibuk mana?" sufin melihat mata ayahnya yang merah. "ayah nangis?" sufin memegang kedua pipi ayahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun