Benih-benih cinta kembali tumbuh subur di hati gadis itu, menguatkan imun, menyadarkan sinapsis dan menyiapkan raga sehingga mudah menerima asupan ramuan tradisonal yang disajikan dukun paraji, yakni ibunda Rakai yang bernama Radiah.Â
Mayleen berangsur-angsur sembuh, hingga di hari ke sepuluh setelah pengobatan itu ia telah sanggup melangkahkan kaki lagi menuju panggung purnama.
Qipao dan payung kertas merah kembali merekah, bersama jiwa anak-anak yang tiada pendendam dan tanpa prasangka. Tarian Mayleen kali penuh gairah dengan senyum sumringah dari seluruh penduduk dusun Rembulan.
***
Catatan:
Qipao1 = Â pakaian tradisinal wanita Tionghoa, versi awal dari baju Cheongsam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H