Mohon tunggu...
Shanti Agustiani
Shanti Agustiani Mohon Tunggu... Guru - Konselor, Penulis

Hobi saya membaca, menulis, traveling dan menyanyi. Just ordinary woman, mencintai seni dan anak-anak, setia pada kejujuran dan keindahan, berusaha selaras dengan alam dan tujuan penciptaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Payung Merah Mayleen

10 Mei 2023   10:05 Diperbarui: 13 Mei 2023   00:15 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mayleen terkesiap oleh bisikan yang tiba-tiba terdengar di telinganya dari arah belakang. Ia berbalik mencari sumber suara.

“Ohh … ii … iya benar. Aku Mayleen. K … kau siapa? Ada apa?”

“Aku … Namaku Rakai Rajita. Anak paraji yang diusir dari dusun ini. “          

“Rakai Rajita? Anak paraji?”

Rakai Rajita duduk di sebelah Mayleen, di atas batu hitam di bawah siraman cahaya yang semakin benderang. 

Pemuda yang diam-diam menonton pertunjukan tari Mayleen itu menceritakan kronologi pengusiran ibunya yang membuatnya mendendam pada penduduk Dusun Rembulan, terkecuali Mayleen dan Pa Hong Li karena mereka penduduk baru yang tak tahu apa-apa.

“Bayangkan, betapa susahnya ibuku menolong orang-orang yang melahirkan sementara tenaga kesehatan dan bidan tak dapat ditemui di dusun ini.  Manakala ada tiga kali kejadian tragis ibuku malah dituduh sebagai wanita jadi-jadian pemakan darah bayi-bayi yang meninggal atau ibu hamil yang keguguran. Lalu ibu diusir dengan lemparan batu ketika menantu kepala dusun meninggal karena pendarahan.”

“Aku memahami.” ucap Mayleen bersimpati.

Rakai Rajita menghela napas lega. Sudah sekian lama ia bersembunyi di pulau seberang, yang hampir-hampir tanpa penghuni. Kini ada Mayleen yang serupa tetes embun. 

Tadinya Rakai Rajita datang diam-diam ke Dusun Rembulan untuk mencari kesempatan balas dendam tapi yang ditemuinya adalah penawar hati yang menenggelamkannya dalam lembah damai tanpa tepi.

Jadilah dua anak manusia itu bersahabat dan sering diam-diam berjanji temu untuk menceritakan segala resah dan harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun