Aku benar-benar tidak menyangka dengan isi handphone Adzanul. Semuanya berisi sms dari seseorang dengan kontak 'om Arman'. Dan semua isi pesannya meliputi diriku. Mulai dari tulisan 'mama lagi apa?'. Atau 'mama suka baju warna apa?' bahkan sampai 'kalau om nikah sama mama, Adzanul izinkan gak?
        Orang itu telah satu minggu lebih pergi dari hidupku tanpa ada kabar sama sekali. Dan sekarang dia muncul tiba-tiba dengan cara yang sangat aneh dan tak terduga.
        Jujur aku bingung apakah aku harus senang? Senang karena dia memperhatikanku? Atau marah? Marah karena dia diam-diam memanfaatkan anakku tanpa sepengetahuanku.
        Hari ini aku kewarung dengan mood berantakan. Dan hal itu bisa dibaca oleh Fara. "ibu sakit?" tanyanya. Sepertinya kegamanganku benar-benar tampak dan terlihat jelas dari wajahku. Namun aku tidak boleh terus seperti ini. Aku harus mencari  langkah untuk menyelesaikan permasalaha ini. Namun bagaimana?
        Setelah aku selesai dari aktivitas warung, aku pulang ke rumah, langsung menuju kamar  Adzanul dan memergok dia sedang mencari sesuatu.
        "Cari apa sayang?" tanyaku.
        Dia langsung kaget. "engga ada apa-apa kok mah."
        "ohhh kirain mama kamu cari sesuatu."
        Adzanul makin bingung harus berbuat apa. Lalu tiba-tiba dia berkata "iya mah pulpen Adzanul hilang nih."
        Alasan yang cerdas untuk situasi yang tidak tepat. "oh ya cepat ketemu ya." Kataku lalu meninggalkan Adzanul.
        Aku masuk ke kamar dan kulihat handphone nokia tipe lama itu. Kembali ada sms masuk dan satu missedcall. Ya itu semua berasal dari kontak yang bernama om Arman. Aku bingung harus melakukan apa. Kucoba baca kontaknya "lagi apa Adzanul?' tulisan sms pertama "Adzanul kenapa ga pernah angkat telepon om lagi?" sms kedua. Dan yang ketiga "Adzanul marah sama om ya?"
        Aku hanya membaca tulisan-tulisan itu tanpa membalasnya. Aku benar-benar bingung harus bertindak apa dan bagaimana. Dan tiba-tiba telepon itu kembali berdering, aku membiarkannya. Aku simpan handphone itu ke lemari lalu keluar kamar untuk makan malam bersama mama dan anakku.
        Di meja makan aku bertanya kepadanya. 'udah ketemu pulpennya?'
        "udah ma." Jawabnya dengan raut wajah berbohong. Aku tidak mau memperpanjang masalah,  aku kembali membawa pembicaraan ke masalah sekolah Adzanul dan hal-hal normal.
        "mama kenapa sekarang kencing terus ya?" kata mama kepadaku.
        "Banyak minum mungkin ma."
        "Iya tapi haus terus juga."
        "Cek ke dokter aja nek." Kata Adzanul.
        "Iya ma coba aja cek ke dokter," aku menimpali.
        "Apa ke dokter Arman aja?"
        Aku terbisu mendengar kalimat itu.
        "Iya ma coba aja." Aku menjawab sebisaku.
        Percakapan berakhir dengan kesimpulan bahwa mama akan ke dokter Arman lusa, karena besok ia ada urusan arisan dengan teman-temannya. Mama memintaku untuk mengantarnya, namun aku beralasan tidak bisa karena harus mengurus toko. Sepertinya mama belum sadar kalau anaknya  ini sudah jatuh hati.
        Aku kembali ke kamar dan saat itulah aku mendengarkan suara dering handphone dari lemariku. Aku membuka lemari dan memberanikan diri untuk mengangkatnya.
        "Assalamualaikum dokter Arman."
        Tidak ada jawaban dari dokter Arman dan beberapa menit kemudian panggilan dimatikan.
****
        Tiga hari berlalu sejak saat telepon itu kuangkat. Aku tidak tau bagaimana perasaan dokter Arman saat ini. Apakah dai merasa seperti maling yang kepergok, atau pemuja rahasia yang sudah ketahuan mentah-mentah, entahlah aku tidak mengerti. Yang jelas apa yang dia lakukan sedikit membuat perasaanku padanya menjadi pudar. Kalau dia memang suka kenapa harus main rahasia-rahasiaan, kenapa harus membuntutiku, kenapa harus melalui Adzanul. Apa dia tidak berani datang kedepanku dan mengatakan suka padaku. Sedih memang, namun apa yang dokter Arman lakukan membuatku merasa bahwa dia bukan lelaki sejati, dia pengecut.
        Kemaren mama mengambil darah untuk mengecek kadar glukosa darah, dan dokter Arman menduga mama terkena diabetes. Seperti biasa aku yang awam dalam dunia kedokteran langsung mencari di internet apa itu diabetes.
        Dari internet aku tau diabetes adalah penyakit yang bisa menyebabkan banyak penyakit lain, seperti hipertensi, serangan jantung dan stroke. Aku langsung mencari cara-cara penanganan diabetes. Salah satunya dengan penggunaan obat. Aku baca obat itu bernama metformin. Harganya tidak terlalu mahal. Apakah mama harus meminumnya jika ia positif diabetes?
        Apa sebaiknya aku bertanya kepada herbalis yang pernah kutemui. Apakah ada herbal alternative selain zat kimia. Banyak pikiran aku putuskan untuk mengantar mama besok berobat ke dokter Arman. Aku ingin beronsultasi kepadanya tentang penyakit mama, jujur aku pernah kehilangan ayahku dan aku tidak mau kini aku kehilangan mama.
Dan bodohnya lagi, esok sorenya ketika aku mengantar mama lagi-lagi aku melakukan hal yang sama seperti aku dulu ke prakteknya. Berdandan yang lama, menatap diri di depan cermin terus menerus. Bukankah aku berpikir setelah insiden handphone rahasia itu untuk melupakannya? Lalu kenapa aku masih seperti ini?
        Mama mengetuk pintu kamarku. Aku terlalu lama berdandan seperti lupa waktu. Dan yang terjadi ketika aku membuka pintu adalah betapa kagetnya mama melihatku. "kamu mau pergi ke dokter atau mau kencan sayang?"
        Mukaku merah seketika, aku tidak tau harus bereaksi bagaimana. "Terlalu berlebihan ya ma?" hanya jawaban itu yang bisa dikeluarkan.
        Kami pergi ke praktek dokter Arman di jalan setiabudi menggunakan motor yang sudah 7 tahun menemani kami. Vario putih kesayanganku. Udara sore yang nyaman serta macetnya lalu lintas sore menghiasi perjalananku dengan mama kesana. Setelah setengah jam perjalanan akhirnya aku sampai ke praktek itu lagi, Apotek Bona Farma. Dan ketika sampai di depan pintu ruang prakteknya, aku membaca papan nama itu lagi, 'dr Arman Maulana SpPD.
        Jujur seketika tubuhku lemas. Aku tidak tau harus bereaksi apa nanti ketika menatap wajah tampannya. Apa dia masih sama bereaksi seperti dulu, setelah insiden 'pembuntutan' ini?
        "mama ambil hasil lab dulu ya." Mama meninggalkanku dan menuju laboraturium untuk mengambil hasil pemeriksaan darahnya. Dan sesuatu yang tak diduga tiba. 'Dia' keluar dari ruangannya  untuk solat Maghrib dan dari situ mata kami bertemu. Dan saat mata tajam itu menatapku, aku tak berdaya.'
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H