Surat untuk Indonesia
Pagi ini seperti biasanya Kholid duduk di ruang keluarga yang berada tepat di tengah rumahnya. Dengan ditemani oleh secangkir kopi panas yang dibuat oleh istrinya pagi ini kholid menonton Televisi dengan tenangnya. Tayangan yang ia buka merupakan tayangan favoritnya yaitu berita pagi.
Tidak habis bosan dia melihat berita itu, walaupun hatinya mengatakan, “pasti ini yang akan keluar”, namun dia tetap membetahkan dirinya untuk menonton tayangan itu. Berita korupsi, kelalaian anggota DPR pada saat sidang, unjuk rasa, kekerasan, pembunuhan, harga kebutuhan pokok yang terus meningkat dan masih banyak lagi adalah hal yang terus menghiasi layar kacanya. Dalam hal seperti ini hatinya terus berteriak “Indonesia, kapankah engkau berbenah”.
Akhirnya pagi itu dia berangkat menuju sekolahnya, SMAN 45 Makassar. Kholid merupakan seorang guru Bahasa Indonesia di sekolahnya. Dia merupakan guru yang baik dan disenangi oleh muridnya. Tidak ada hal yang membuatnya sangat kesal selama ini.
Pelajaran hari ini adalah tentang, pentingnya sastra dalam kehidupan sehari-hari. Hari ini dia mengajar di kelas IX-B. Materi ini merupakan materi favoritnya setiap tahun, maka dia akan sangat semangat mengajarkannya. Akhirnya dia pun siap memulai pelajaran hari ini.
“Assalamualaikum anak-anak”
Kata Kholid setelah masuk kedalam kelas dan berdiri di dekat meja.
“Waalaikumsalam Pak”
Jawab anak-anak serentak.
Setelah anak-anak menjawab Kholid melihat keseluruhan kelas untuk memastikan semua anak hadir di kelas hari ini. Secara sekilas dia melihat semua hadir, namun ketika dia mencoba melihat dengan lebih detail, Dia melihat adanya kejanggalan. Ada satu kursi yang terlihat kosong. Kursi itu letaknya paling belakang, dan dia sudah hafal itu kursi siapa. “Andi”.
Siapa yang tidak kenal dengan Andi, seorang anak-anak yang namanya sering menjadi perbincangan hangat para guru setiap harinya. Mulai dari dia yang gossipnya seorang anak geng motor, pernah memukul temannya hingga berdarah, serta sering bolos sekolah.