Mohon tunggu...
F. Sugeng Mujiono
F. Sugeng Mujiono Mohon Tunggu... Lainnya - Pensiunan

Pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Penantian

27 Maret 2021   19:41 Diperbarui: 27 Maret 2021   19:43 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Sinar itu semakin terang dan nyata. Eko semakin kuat mengayunkan kaki dan tangan seolah berenang. Melayang dan meluncur..., meluncur begitu cepat..., dan oohh, ia terpental, dan akhirnya terbebas dari lorong pekat itu. Kini, Eko berada dalam sebuah ruang tanpa batas. Ia bisa melihat segala yang pernah ia lihat di segala penjuru, bahkan ia juga melihat segala yang pernah singgah dalam mimpinya.

 

Eko menarik nafas panjang-panjang. Oohh, tak ada sesuatu yang terhirup. Kosong..., hampa..., tapi tiada kesesakan apa pun. Semuanya ringan.

 

Eko melihat sebuah kerumunan. Oohh, ia terkejut. Di antara kerumunan itu terbujur sesosok jasad. Beberapa bagian nampak terluka. Darah segar menetes dari luka-luka itu. Eko terkesiap, oohh itu ternyata jasadnya sendiri. Ia mengibas-kibaskan kaki ke tanah, tapi tak tersentuh apa pun. Ia menepuk-nepuk pipi dan menyubit kulit tangannya, tak terasa apa pun.

 

Oohh, "Apakah aku sudah mati?" pikirnya.

 

Eko mendekati kerumunan itu. Tak seorang pun hirau. Ia berusaha memanggil-manggil,  "Eko...., Eko....," dan berusaha menjamah tubuhnya. Namun tiada ia bisa menyentuhnya. Tiada teriak panggilannya terdengar.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun