Mohon tunggu...
Seyni Lolian Septianty
Seyni Lolian Septianty Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas sultan ageng tirtayasa

Hobi saya adalah membaca puisi

Selanjutnya

Tutup

Politik

pencintraan dalam politik di era sosial media

26 Desember 2024   16:22 Diperbarui: 26 Desember 2024   16:22 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dampak Negatif Pencitraan Politik

Namun, pencitraan politik di media sosial juga memiliki dampak negatif, salah satunya adalah penyebaran informasi palsu atau hoaks. Media sosial sering kali digunakan untuk menyebarkan berita palsu yang dapat merusak reputasi lawan politik atau menyesatkan pemilih. Hoaks yang beredar bisa sangat merugikan karena menyebar dengan cepat dan sulit untuk dilacak kebenarannya. Contohnya, selama pemilu 2019, banyak beredar hoaks tentang kedua calon presiden yang menciptakan kebingungan dan perpecahan di masyarakat.

Dampak negatif lain adalah polarisasi opini. Algoritma media sosial sering kali memperlihatkan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna sehingga mereka hanya terpapar informasi yang sesuai dengan pandangan mereka sendiri (echo chamber effect). Hal ini menyebabkan semakin menguatnya polarisasi dan sulitnya menemukan titik tengah dalam diskusi politik. Polarisasi yang ekstrem dapat memecah belah masyarakat dan menyebabkan konflik sosial. Di Indonesia, pembelahan sosial yang tajam antara pendukung dan penentang calon presiden dalam beberapa pemilu terakhir menjadi bukti nyata dari polarisasi yang dipicu oleh pencitraan politik di media sosial.

Pencitraan politik di era media sosial adalah pedang bermata dua yang membawa sejumlah dampak signifikan bagi demokrasi modern. Di satu sisi, media sosial membuka peluang besar untuk memperbaiki transparansi dan akuntabilitas, serta meningkatkan partisipasi pemilih dalam proses demokrasi. Melalui media sosial, politisi dapat berkomunikasi langsung dengan masyarakat, mendengar aspirasi mereka, dan merespon dengan cepat permasalahan yang ada. Selain itu, strategi pencitraan yang baik dengan konten menarik dan dukungan influencer dapat memperkuat citra positif seorang politisi.

Namun di sisi lain, media sosial juga membawa sejumlah tantangan serius. Penyebaran informasi palsu dan hoaks menjadi ancaman nyata yang dapat merusak reputasi tokoh politik dan menyesatkan pemilih. Selain itu, fenomena polarisasi opini yang diperparah oleh algoritma media sosial menciptakan pembelahan di masyarakat yang dapat memicu konflik. Penggiringan opini publik secara tidak sehat juga merusak integritas demokrasi dengan menciptakan persepsi yang tidak berdasarkan pada fakta.

Dalam menghadapi era media sosial yang dinamis ini, politisi dan masyarakat perlu lebih bijak dalam menggunakan dan menyikapi informasi di media sosial. Penting untuk terus mengedukasi diri dan meningkatkan literasi media agar dapat membedakan mana informasi yang dapat dipercaya dan mana yang harus diperiksa ulang. Pada saat yang sama, regulasi yang tegas dan kebijakan yang mendukung pemberantasan hoaks dan disinformasi harus terus diterapkan untuk menjaga kesehatan demokrasi kita.

Dalam keseluruhan, pencitraan politik di era media sosial adalah fenomena kompleks yang memerlukan pemahaman mendalam dan penanganan yang hati-hati. Dengan kolaborasi dari semua pihak, diharapkan media sosial dapat digunakan sebagai alat yang positif untuk mengembangkan demokrasi yang lebih adil, transparan, dan akuntabel di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun