Perlahan air mataku mengalir menganak sungai. Aku menangis sesenggukan. "Mama... Aku harus gimana..." suaraku bergetar.
"Tante rasa, kamu harus memaafkan Valent, sayang." suara Tante Mirna membuatku terkejut.
Aku bangun dari pembaringan dan ku seka air mataku. "Ta-tante..." kataku gugup.
Tante Mirna tersenyum dan mendekat padaku. "Valent sudah menceritakan semuanya pada tante. Dia salah paham, sayang... Waktu itu dia tidak mengenali kamu. Karna kalian sama-sama pake topeng, kan?" Tante Mirna duduk di sebelahku dan mengelus rambutku.
"Tante kira, Valent benar-benar menyayangi kamu. Buktinya, dia rela meninggalkan dunia keartisannya untuk kembali tinggal di Surabaya bersama kamu. Padahal, sudah lama juga dia tinggal di ibukota, sudah sangat populer dan pastinya, honornya berlimpah. Dan dia meninggalkan semua itu demi kamu." ucap Tante Mirna panjang lebar.
"Tapi tante," lidahku tercekat.
"Tapi apa, Cha? Ceritakan sama tante..."
"Dia juga nyinggung-nyinggung soal mama-papa." protesku.
"Dia kan belum tau tentang hal itu, sayang..." Aku terdiam mendengar perkataan Tante Mira. "Dia dan teman-temannya hanya tidak mau privacy-nya terganggu." lanjut Tante Mira.
Aku termangu. "Valent sudah lama menunggu kamu. Sekarang kamu ganti baju dulu, tente tunggu di ruang tamu, ya?" ucap Tante Mira lalu beranjak pergi.
Sejenak aku berdiam diri. Sibuk mencerna setiap kata yang dilontarkan Tante Mirna padaku. Ada benarnya juga, pikirku. Tapi rasanya masih begitu berat untuk menemui Valent dan mengatakan, "Aku memaafkan kamu.". Aku bingung. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari kamar, menuju ke ruang tamu untuk menemui Valent.