"Siapa, Mas?" tanya Eno yang tengah menyapu dedaunan kering di halaman.
"Siapa coba? Tebak."
"Pak Yusman?"
"Bukan. Pipa airnya sudah selesai kuperbaiki kemarin. Lagi pula, mana mungkin Pak Yusman kirim surat. Kan ada WhatsApp. Ini dari Bapak Gubernur."
Pupil mata Eno membesar. Ia menjatuhkan sapunya ke tanah dan membiarkan dedaunan kering itu menumpuk. Buru-buru duduk di sebelah Petra. "Dapat surat cinta, ya?"
Petra mengangguk. "Ada uang mukanya juga, No."
"Wah-wah, keren. Surat apa?"
"Baca sendiri. Tumben kopi buatanmu pagi ini enaknya bukan main."
"Ah, Mas, bisa aja."
Selang satu menit, Eno mengalihkan pandangan dari surat ke mata Petra, "Bagaimana, Mas? Kamu jadi datang?"
"Jadi, dong! Kesempatan emas itu nggak boleh disia-siakan. Pasti uangnya gede."