“Aku tidak mencampuri urusan kalian. Tetapi, buku ini tidak berhak dipegang oleh orang – orang yang rakus dan tamak seperti kalian. Buku ini adalah milik kerajaan Bawontehu, sebagai hadiah dari kerajaan Siau!”
“Bedebah busuk, bersiaplah menghadap raja akhirat!”
Dengan mengeluarkan lengkingan panjang sang kakak Malaikat Hitam menyerang dengan jurus mautnya. Nampak asap hitam keluar dari lubang pori – pori tangannya. Pertanda ilmunya mengandung racun berbahaya.
“Hiiiiiiaaaatttt…..”
Sense Madunde menghadapinya dengan jurus “Tapak Pengemis Memetik Rembulan”. Kali ini Sense Madunde menghadapi lawan yang cukup tangguh. Apalagi jurus – jurus yang penuh hawa beracun. Ilmu silat beracun ini hanya dimiliki oleh orang – orang dari negeri Mangindano. Oleh karena itu Sense Madunde tidak menganggap enteng lawannya ini.
Segera dia pun merubah jurusnya. Memainkan jurus yang diciptakan oleh kedua orang gurunya sekaligus orangtua angkatnya. yakni “Telapak Anoa Menjaring Tarsius”.Penggabungan dua ilmu yang bersumber dari dua hewan di hutan Tangkoko yaitu Anoa yang kuat dan Tarsius yang lincah gesit.Sungguh mengagumkan. Tenaga Sense Madunde berlipat ganda, dan kegesitannya tak bisa di ikuti dengan mata. Tubuh Sense Madunde seakan lenyap, lalu tiba – tiba muncul dari arah belakang, lalu lenyap tiba – tiba pula menghantam dari udara. Sang kakak Malaikat Hitam menjadi bingung. Hingga sebuah pukulan telapak tangan Sense mendarat pada pergelangan tangan kanannya. Tubuhnya terhuyung lima langkah ke belakang sambil memegang tangannya yang terkena hantaman Sense Madunde.Ternyata tulangnya tangannya retak. Dengan raut wajah yang meringis, kembali dia memasang kuda – kudanya.
Seorang tokoh hitam rimba persilatan seperti malaikat hitam ini pantang untuk menyerah. Kali ini dua bersaudara Malaikat Hitam menyerang dengan serempak. Segera Sense Madunde meningkatkan daya gempurannya. Dua tokoh dari negeri Mangindano ini menjadi kelabakan. Mereka telah malang melintang di rimba persilatan tetapi baru kali ini mereka menghadapi lawan yang sangat tangguh. Apalagi seorang pemuda.
Sense Madunde benar – benar menunjukan kepiawaiannya memainkan ilmu – ilmu sakti mandraguna. Selang duapuluh jurus berlalu. Sebuah tendangan beruntun dari Sense Madunde berhasil mengenai lambung kiri sang adik dari Malaikat Hitam. Tubuhnya ambruk ke tanah tanpa nyawa lagi.
Melihat adiknya tewas, sang kakak Malaikat Hitam segera mundur lima langkah lalu kabur dalam lebatnya hutan. Sense Madunde mengerling sejenak lawannya yang telah kabur.
“Hei, kecoa hitam, jangan lari kau. Ke liang lahat pun akan ku kejar kamu!” lalu tubuh Sense Madunde lenyap seketika. Mengejar sang kakak Malaikat Hitam yang membawa lari sepotong buku peta rahasia.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~