Mohon tunggu...
Riecki Serpihan Kelana Pianaung
Riecki Serpihan Kelana Pianaung Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

"Hidup hanya berkelana dari sebuah serpihan untuk "menuju" mati" ____________________________________ @rskp http://www.jendelasastra.com/user/riecki-serpihan-kelana-pianaung https://domainxx.blogspot.co.id/ https://www.youtube.com/watch?v=M11_fpnT5_g&list=PL1k1ft1F9CCobi2FMkdqQ6H4PFFWPT--o&index=2 https://www.evernote.com/Home.action#n=c9ce48a1-38c2-4b2b-b731-c340d3352d42&ses=4&sh=2&sds=5&

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Cersil] Pendekar Sakti Lembah Tarsius

3 Juli 2016   22:46 Diperbarui: 3 Juli 2016   23:24 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Debu – debu beterbangan . Orang – orang yang ada di seputar arena itu ada yang lari ketakutan. Ada pula yang menonton namun dengan secara sembunyi – sembunyi. Takut jangan sampai terkena sambaran angin pukulan yang begitu dahsyat.

Hingga sepuluh jurus berlalu. Terlihat Bataha Sili mulai terdesak. Dan suatu ketika Raja Langit berhasil menendang lutut kanannya. Bataha Sili terhuyung. Namun malang baginya. Sebelum dia sempat roboh ke tanah, tongkat hitam si Raja Langit berhasil menebas pundak kirinya.

Bataha Sili terjengkang. Nampak darah hitam keluar dari mulutnya. Melihat Kepala pasukan mereka berhasil dikalahkan dalam waktu yang singkat oleh si Raja Langit  sepuluh anak buahnya tanpa menunggu komando menyerang secara tiba – tiba.

“Hiiiiiaaatttt,,,,”

Si Raja Langit bukan orang sembarangan. Pengalamannya di rimba persilatan jauh di atas sepuluh anak buah Bataha Sili. Tubuhnya mencelak ke udara. Lalu tongkat di tangannya berputar dengan sangat cepat. Satu per satu tongkat itu mengenai kepala sepuluh anak buah Bataha Sili. Sepuluh anak buah Bataha Sili tewas seketika dengan kepala hancur tak berwujud lagi.

Melihat anak buahnya tewas, dengan sisa tenaga yang ada Bataha Sili menerjang. Tapi semakin banyak dia mengeluarkan tenaga, semakin banyak pula darah yang dikeluarkan dari mulutnya. Bataha Sili menjadi bulan – bulanan. Hingga detik terakhir dengan satu kekuatan penuh Tongkat hitam si Raja Langit bersarang di kepala Bataha Sili. Dia pun roboh  dan tewas pula

Kota raja menjadi geger atas peristiwa itu. Berita itu pun terisar hingga ke dalam lingkungan kerajaan Bowontehu. Raja Kulano Mokodoludud segera memerintahkan kepada Panglima Tertinggi kerajaan untuk segera mencari dan menumpas tokoh dari dunia hitam itu si Raja Langit.

~~~~~~~~~

Tiga belas tahun telah berlalu.  Waktu begitu cepat beranjak Bagaikan anak panah yang lepas dari busurnya. Waktu adalah sebuah perputaran bumi, perputaran semua mahluk hidup maupun alam yang berdiam di atas tanah. Kadang kita manusia merasa jenuh dengan waktu yang berjalan begitu lamban. Namun bila kita menyibukan dengan sesuatu yang bermanfaat bagi kita, maka tak terasa kita sebenarnya telah melangkah lebih cepat menuju sebuah peradaban baru.

Pada sebuah pagi di dusun Lereng Batuangus, pinggiran  hutan Tangkoko. Di sebuah kedai minum  pemilik kedai itu melayani para tamu yang memesan minuman kopi. Ada pula yang memegang minuman Saguer).Pemiliknya seorang wanita setengah baya. Rupanya banyak pelanggan yang membeli minuman di kedai itu, mungkin karena tertarik dengan pemiliknya. Ada juga para pendatang yang mungkin melancong. Sebab daerah hutan Tangkoko merupakan tempat paling indah untuk melihat pemandangan alam sekitarnya. Daerah itu juga merupakan daerah pegunungan,  tak heran di sebelah utara hutan itu ada sebuah gunung berapi namun tidak aktif hanya mengeluarkan pijaran api dari lubang kepundannya.  Namanya gunung Batuangus dan pada sebelah selatan menjulang dua gunung kembar yang namanya gunung Duasudara. Bahkan para pemburu suka datang ke daerah hutan itu untuk berburu Anoa maupun hewan Tarsius.

Seorang pemuda berpakaian kuning – kuning masuk ke kedai itu lalu memesan secangkir kopi. Wajahnya sangat tampan. Perawakannya tinggi dan tegap. Rambutnya agak panjang dililit kain berwarna kuning pula pada kepalanya. Pada lilitan bagian depan, tepatnya di atas dahinya ada sebuah gambar kecil, seekor Tarsius sedang berpelukan pada sebatang pohon. Pemuda itu mengambil duduk di pojok ruangan,sehingga bisa melihat orang – orang berlalu lalang di jalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun