“Ayahnya,,, semoga dalam keadaan yang sehat juga! Ah,,, ayahnya….”
Terkenang Pato akan ayahnya. Mungkin kalau diajak ibunya tadi, dia akan melihat ayahnya. Sudah hampir dua bulan ini Pato tidak membesuknya. Sebulan hampir dua kali berdua ibunya membesuk ayahnya di penjara.
Ayah Pato divonis lima tahun penjara oleh Hakim. Kejadian tadi pagi hampir serupa dengan yang dialami ayahnya. Ririn sepupunya hampir diculik juga oleh orang tak dikenal. Beruntung ayah Pato yang menolong. Tetapi waktu itu bukan isu tentang Hoga. Hanya persoalan tanah perkebunan dengan ayah Ririn, adik kandung ayahnya. Para penculik ternyata adalah suruhan dari bos sebuah perusahaan yang rencananya akan membeli dan membangun sebuah perusahaan pengalengan ikan di tanah milik keluarga ayahnya, warisan kakek Pato. Namun perjanjian pembayaran dari pihak perusahaan belum seluruhnya dilunasi.
Tapi mereka segera mau membangun pabrik tersebut. Padahal perjanjian tidak seperti itu. Upaya mereka ditentang oleh pamannya, ayah Ririn. Sehingga mereka mengancam akan menculik anak pamannya. Ayah Pato tampil membela adik kandungnya . Sehingga salah seorang penculik harus kehilangan sebuah jari karena ditebas golok oleh ayahnya. Akhirnya pembayaran tanah dibatalkan lalu ayah Pato dijebloskan ke Lembaga Pemasyarakatan
Tak terasa hari telah petang. Ibunya bersama tante Juli baru saja tiba. Ibunya kelihatan raut wajahnya muram.
“Gimana bu, kabar ayah!”
“Ayah tidak ada. Kata sipir tadi, mereka dipindahkan sementara waktu di LP kabupaten. Karena LP di kota ini sudah padat. Ibu disuruh kembali minggu besok!”
“Tapi koq, tidak ada pemberitahuan. Biasanya kalau ada hal seperti ini. pihak LP pasti memberitahu kita , bu..seperti pernah kemarin,,”
“Itu sampe ibu kelamaan mengecek surat pemberitahuan itu, tapi aneh,,,seperti surat baru saja dibuat!” Ibunya hanya menarik nafas dalam –dalam.
“Sabar aja bu,,minggu besok kita berdua pergi ya!”
Ibunya hanya mengangguk kepala.