Mohon tunggu...
Riecki Serpihan Kelana Pianaung
Riecki Serpihan Kelana Pianaung Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

"Hidup hanya berkelana dari sebuah serpihan untuk "menuju" mati" ____________________________________ @rskp http://www.jendelasastra.com/user/riecki-serpihan-kelana-pianaung https://domainxx.blogspot.co.id/ https://www.youtube.com/watch?v=M11_fpnT5_g&list=PL1k1ft1F9CCobi2FMkdqQ6H4PFFWPT--o&index=2 https://www.evernote.com/Home.action#n=c9ce48a1-38c2-4b2b-b731-c340d3352d42&ses=4&sh=2&sds=5&

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Songko

21 Mei 2016   08:17 Diperbarui: 21 Mei 2016   09:06 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sumber: Dark_ angel

Telapak tangannya yang berisi segala ramuan yang disiapkan tadi, berhasil mengena di dada perempuan itu. dan tangan kirinya pun berhasil merobek sepotong jubah yang sempat di genggam oleh Hawe. Tak ayal lagi, sosok setan Songko yang menyerupai perempuan cantik itu terpental jauh. Tubuhnya jatuh ke atas tanah bergedebuk.

“Kooeekk…kooekkk!”

Tubuh Hawe pun ikut terjatuh. Beruntung masih berjarak lima kaki dari atas tanah. Melihat lawannya terpelanting, Hawe akan susul dengan pukulan terakhir yang mematikan.Tapi tiba – tiba Songko itu dengan sisa tenaga yang ada terbang lagi ke angkasa. Lalu menghilang di kegelapan malam. Hanya suaranya saja yang masih terdengar.

“Kooeeekkhh,,,Koooekkhh!”

Suara yang tidak seperti tadi lagi, atau beberapa malam yang lalu.Seperti suara yang sedang mengerang, menahan kesakitan akibat pukulan Hawe.

Hawe menatap potongan kain hitam itu. Lalu disimpannya di dalam gubuknya.Hawe masih tetap berjaga – jaga, kalau Songko itu akan kembali lagi. Namun ternyata tidak. Dengan menenangkan dirinya, Hawe melinting tembakau lagi. Asapnya dikepulkan ke udara. Wajahnya sangat puas. Tersenyum membayangkan pertempuran tadi.

Ayam jago yang bertengger di cabang pohon belakang gubuk Hawe berkokok. Ufuk Timur membiaskan rona jingga. Udara pagi sejuk terasa. Hawe mengambil sepotong bambu yang tersandar di dinding gubuknya, dan hendak menuju pancuran untuk mengambil air.

Lamat – lamat matanya menangkap sesosok bayangan hitam terbungkuk – bungkuk di bawah rimbunan pohon singkong, sambil berjalan tertatih – tatih. Berendap – endap  Hawe mengikuti sosok hitam itu. Di pinggiran kebunnya sosok hitam itu jatuh terduduk. Sebab pagi telah merekah, terlihat jelas sosok hitam itu. Ternyata seorang nenek tua. Rambutnya telah memutih semua. Nafasnya terengah – engah.

Hawe tak bisa menahan rasa ibanya. Tapi kenapa nenek tua ini ada di lahan perkebunannya. Siapa nenek ini.? Mau kemana ? Seribu satu  pertanyaan timbul dalam benak Hawe. Hawe pun menampakan dirinya pada nenek itu.

“Mau kemana , Nek!”

Nenek itu tak menjawab. Matanya terlihat agak ketakutan. Tubuhnya menggigil. Dadanya serasa pengap. Hawe mendekati nenek tua itu. Batinnya tiba – tiba tersentak. Matanya menangkap sesuatu pada nenek itu. Lengan baju nenek itu tidak utuh lagi. Sepertinya terputus. Terlihat sehabis tersobek, dan sepotong sobekan itu ada pada Hawe yang disimpannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun