Jam sudah menunjukan pukul Sembilanbelas malam. Ompa dan Medelu telah siap untuk berangkat menuju rumah penghiburan. Oleh karena jarak harus melewati tiga kampung tetangga, mereka berdua akan berangkat lebih awal.
Dipundak mereka tergantung tagonggong. Tak lupa masing – masing membawa potongan bambu berisi minuman saguer. Tak lama kemudian tubuh mereka berdua telah mengambang di atas tanah. Perlahan – lahan terangkat lalu hilang dikegelapan malam. Yang terdengar hanya suara mereka berdua sedang bernyanyi sambil menabuh tagonggong di angkasa.
**********
Kita kembali ke Hawe.Segala perlengkapan telah siap. Pasti Songko yang beberapa malam ini yang mengusik ketenangannya akan datang lagi. Hawe telah siap dengan segala pesta penyambutannya.
Malam mulai merambah perlahan – lahan Menyusuri tiap ranting – ranting pohon. Daun – daun mulai tenang setenang jiwa Hawe. Bias cahaya purnama yang telah lewat beberapa malam lalu mulai menyembul dari atas pohon – pohon Kenari. Samar – samar telinga Hawe mendengar suara orang yang sedang bernyanyi di angkasa. Hawe hanya tertegun namun dalam kewaspadaan. Suara nyanyian tadi telah melewati perbukitan lalu tak terdengar lagi. Suara jangkrik malam yang tadinya jedah sesaat. Kini riuh lagi dengan irama yang tidak karuan. Hawe terus menunggu, sambil melinting tembakau.
Tepat pukul duapuluempat malam. Cahaya purnama nampak separuh telah mengintip dari peraduannya. Selang berikutnya, tiba – tiba.
“Kokkhh,,,,,kokkhhhh…..kokkkhhh…!”
Suara Songko itu telah menampakan dirinya di angkasa. Suara itu semakin kecil lagi. Konon, jika suara itu terdengar kuat maka berarti sosoknya itu masih jauh. Tetapi jika suara itu semakin kecil maka sosok setan itu sudah dekat dengan mangsanya.
Hawe telah siaga dengan semangat empat lima. Malam ini dia harus berjuang mempertahankan benteng Alamo. Pertempuran ini pasti akan seru melebihi pertempuran Alamo. Kekuatan yang jahat melawan kekuatan orang – orang yang bersih dari segala penindasan. Hidup dengan segala berkecukupan dan kesederhanaan, masih di ganggu lagi oleh setan, ataupun orang yang berperilaku seperti iblis. Di dunia ini masih banyak orang seperti demikian. Ibarat musang berbulu domba. Kelihatannya baik namun hatinya culas dan jahat. Serupa buah Kedondong. Licin dikulit di dalamnya berduri – duri.
Tiba – tiba Hawe yang sedang duduk bersila, merasakan ada sesuatu kekuatan yang besar menyambar tubuhnya. Tubuhnya terpental ke udara. Namun Hawe telah siap dengan semua ini. Dengan membiarkan tubuhnya terpental tangan kirinya bergerak secepat kilat. Hawe berhasil menangkap sesuatu sepertinya sebuah jubah hitam. Samar – samar matanya melihat seseorang. Seorang perempuan cantik. Cantik sekali. rambutnya berwarna keemasan, terurai panjang. Hawe tidak menyia – nyiakan kesempatan yang sudah nampak di depan hidungnya. Tangan kanannya bergerak dengan kekuatan penuh.
“Buuukkkhh!”