Mohon tunggu...
Septiani
Septiani Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Suka baca, nulis, dan tomat

Selanjutnya

Tutup

Kkn Pilihan

Kita, yang Tak Menjadi

29 Juni 2024   01:04 Diperbarui: 29 Juni 2024   01:07 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Dia tertawa kecil. Dia menyerahkan sebuah bungkusan padaku. Aku membuka bungkusan itu. Di dalamnya ada sebuah kotak bekal, vitamin C, dan sebuah benda yang aku tidak tahu kenapa dia memberiku itu. Aku mengernyitkan kening.

Aku menunjukkan padanya benda itu. "Masker? Untuk apa? Kamu mau aku cantik?"

Dia tertawa. "Biar kamu gak jadi panda."

Aku tidak tahu ekspresi seperti apa yang aku tunjukkan hingga dia mengacak rambutku sampai berantakan. Aku menepis tangannya dan sedikit mengomel. Dia tertawa sembari merapikan rambutku.

"Jangan panik, Sasya. Aku tau kamu pasti akan menyelesaikan proposal itu tepat waktu. Intuisi ketua gak bakal salah. Kalau ada yang perlu aku lakukan, bilang aja. Jangan dipendam sendiri. Jaga kesehatan, ya."

Aku terdiam. Dia selesai merapikan rambutku. Terakhir, dia menepuk kepalaku pelan lalu pamit pulang.

"Ivan, terima kasih. Kamu juga jaga kesehatan."

Dia mengacungkan jempol kemudian melaju meninggalkan kos-kosan. Aku buka sedikit kotak bekal itu setelah dia tidak lagi terlihat. Aku tidak tahu dia beli atau masak sendiri. Tanpa sadar, bibirku tersenyum. Sesuatu yang jarang aku tampilkan karena memang tidak alasan untuk menampilkannya. Senyum itu terus ada hingga aku masuk ke kamar dan memakan bekal pemberiannya.

***

Hampir sebulan kami mempersiapkan banyak hal untuk keperluan KKN. Hari ini, tiba kami berangkat ke pulau lokasi kami akan KKN. Hampir sebulan ini juga aku kekurangan tidur sehingga sekarang aku merasa sangat lelah. Aku membuka kotak obat dan mengeluarkan obat anti mabuk. Aku menelan obat itu dalam sekali teguk. Aku terkesiap ketika sebuah tangan menyodorkan botol minum. Aku mengangkat kepala. Dia dengan senyumnya yang entah kenapa tidak pernah lepas dari wajahnya. Aku berdeham lalu menerima botol minumnya. Aku mengucapkan terima kasih dan dia mengangguk. Setelahnya, kami sibuk menata barang-barang dan mencari kursi masing-masing. Aku bersyukur sekali penumpang kapal ini tidak terlalu padat. Aku bisa rebahan di kursi yang seharusnya diduduki dua orang. Setelahnya aku benar-benar terlelap. Entah efek obat atau rasa lelahku.

Kami tiba di pulau keesokan harinya. Matahari yang baru terbit ternyata sangat indah. Angin pagi juga ternyata menyegarkan sekali. Aku bukan morning person, namun sepertinya sesekali aku harus mencoba bangun pagi dan menikmati pagi hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun