Bagiku, perkataannya tidak seperti pertanyaan, melainkan pernyataan. Sial, semua orang menatapku dengan mata penuh harapan sekarang.
"Kenapa aku?" tanyaku menatapnya balik. Aku harap dia bisa melihat ketidakinginanku lewat mataku.
"Intuisi seorang ketua," jawabnya, masih dengan senyum melekat di wajahnya.
Jawaban macam apa itu. Aku ingin protes, tapi energiku sudah habis. Akhirnya, aku mengangguk biar cepat selesai. Aku ingin cepat pulang dan rebahan.
Setelah menunjukku, kami membahas struktur lainnya. Hari yang melelahkan itu akhirnya selesai setelah satu jam berkumpul. Mereka masih ada yang belum beranjak. Tanpa melihat ke belakang, aku beranjak meninggalkan danau.
***
Aku meregangkan tubuhku setelah seharian rebahan dan nonton drama. Hari ini, cuma ada kelas pagi. Kebetulan tidak ada rapat organisasi. Aku memanfaatkannya untuk bersantai. Kapan lagi aku punya waktu luang.
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Aku memutuskan untuk menonton satu episode lagi. Tiba-tiba, pintu kamar kosku diketuk. Aku mengerutkan kening. Siapa yang bertandang malam-malam.
"Oh, kalian. Ada apa, ya?" tanyaku setelah membuka pintu. Dua orang teman sekelompok KKN berdiri di hadapanku. Setelah beberapa kali bertemu, kami mulai dekat untuk saling mengunjungi kamar kos. Kadang, teman yang perempuan menginap di kamarku, begitu juga aku yang kadang menginap di kamar kos mereka.
"Ada yang mau kita diskusikan. Ke bawah sebentar, yuk."
Aku menutup pintu kamar lalu ikut turun ke lantai satu. Sebenarnya banyak yang aku pertanyakan, namun aku akan mengikuti alur. Diskusi mendadak seperti ini membuatku heran. Aku tercengang ketika tiba di lantai satu.