Mohon tunggu...
Septiani
Septiani Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Suka baca, nulis, dan tomat

Selanjutnya

Tutup

Kkn Pilihan

Kita, yang Tak Menjadi

29 Juni 2024   01:04 Diperbarui: 29 Juni 2024   01:07 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Ivanka berdiri memegang sebuah kue dikelilingi oleh teman-teman yang lain. Aku bahkan lupa dengan hari ini. Aku selalu melalui hari ini dengan biasa saja. Seakan tanggal hari ini tidak ada artinya untukku. Aku berusia dua puluh tahun hari ini. Untuk pertama kalinya, hadirnya aku di dunia ini dirayakan dengan lilin.

"Selamat hari lahir, Sasya," ujar Ivanka dan teman-teman lainnya.

Aku meniup lilin pertamaku. Api lilin itu padam diiringi dengan tepuk tangan teman-temanku. Aku memotong kue itu. Aku sudah hampir memasukkan kue itu ke mulut ketika seorang teman berkata.

"Pak Ketua, suapin Ibu Sekretarisnya, dong."

Aku mendelik pada temanku itu. Aku tidak berani menatap Ivanka. Takut dia marah. Temanku yang satu itu memang usil. Mampus aku. Bagaimana caranya menenangkan ketua kelompok yang marah.

Apa yang aku bayangkan berbanding terbalik dengan yang terjadi. Dia menatapku dengan senyuman dan menyodorkan sesendok kue ke mulutku. Aku memakan kue itu dengan perasaan malu yang luar biasa. Teman-teman yang lain bersorak. Aku bisa merasakan wajahku memanas. Aku ingin menghilang rasanya sekarang. Sialan temanku itu. Ingatkan aku untuk membalasnya nanti.

Jujur, aku bahagia dengan perayaan sederhana malam ini. Aku harap kedepannya akan selalu bahagia seperti ini bersama mereka. Malam ini, sepertinya aku akan tidur nyenyak.

***

Entah sudah berapa kali aku menguap, namun tanganku terus berkutat di atas papan ketik. Aku memeriksa buku agenda untuk melihat daftar prioritas yang aku susun. Tenggat waktu makin dekat sehingga beberapa hari ini aku mengurangi waktu tidur. Aku harus menyelesaikannya agar bisa rebahan dan nonton drama dengan tenang.

Sebuah notifikasi di ponsel mengalihkan perhatianku. Mataku yang mengantuk seketika terbuka lebar. Aku bergegas turun ke bawah. Dia ada di sana dengan senyum yang tidak lepas dari wajahnya.

"Ivan, proposalnya belum selesai, lagi aku ketik. Kan bisa tanya di chat, kenapa kamu ke sini?" ujarku sedikit panik sampai aku tidak sadar mencerocos apa saja. Aku jadi panik kalau didatangi seperti ini. Rasanya seperti tidak kompeten kalau sampai ditagih untuk hal yang sedang aku kerjakan. Padahal pasti akan kuselesaikan sesuai tenggat waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun