Mohon tunggu...
Septian DR
Septian DR Mohon Tunggu... Translator dan Wiraswasta -

TRANSLATOR & KOMIKUS

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pendekar Silat Lidah Bagian 1

26 Juli 2016   11:31 Diperbarui: 26 Juli 2016   11:39 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

“Sebaiknya aku cuci piring. Oke?”

“Terima kasih atas bantuan kamu.”

“Sudah semestinya kita saling membantu bukan? Bukankah rumah ini milik kita berdua?”

Elsa mengangguk sambil menguap lebar tanpa menutup mulutnya. “Aku mau tidur dulu.”

“Habis makan jangan langsung tidur, Sa.” kataku mengingatkan sambil membawa piring-piring dan gelas ke wastafel untuk kucuci. “Bersandar dulu saja di ranjang pakai bantal, baca Dante itu kalau mau.”

Elsa menguap lagi, kali ini menutupi mulutnya yang menganga lebar dengan kedua tangan. “The Divine Comedy karya Dante Alighieri itu … membosankan. Kalau Inferno karya Dan Brown, nah itu baru … mengesankan.”

Aku tertawa saja sambil mencuci gelas. Dan Brown jelas kalah telak kalau kubandingkan dengan Dante Alighieri. Bahkan Dan Brown pasti tak bakal tersinggung jika semua orang mengagungkan Dante lebih dari Dan Brown sendiri. Jelas The Divine Comedy karya Dante merupakan inspirasi terbesar Dan Brown menulis Inferno, novel terbarunya yang mengisahkan petualangan Profesor Robert Langdon di Venesia, Italia dan Istanbul, Turki.

Elsa bangkit dari kursi, lalu berjalan pelan tapi pasti dan memelukku lagi dari belakang. Elsa tertidur pulas memelukku. Aku berusaha keras menjaga keseimbangan sembari mencuci piring dan nampan. “Entah kau ini mengantuk atau mabuk, Sa.”

“Mabuk … kepayang … sama … kamu.” balas Elsa mempererat pelukannya.

“Ampun deh, Sa.” kataku berusaha melangkah menjauhi wastafel. “Ingat kita ini sepupu dekat, sangat dekat hubungan darah kita, nyaris seperti kakak beradik.”

Elsa melepaskan pelukannya dariku, melangkah mundur lalu berbalik dan berjalan cepat menuju pintu kamarnya, lalu seperti biasa kalau dia sedang kesal, dia membanting pintunya begitu keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun