Meskipun begitu, BRICS tidak diam dan pasif menghadapi hegemoni AS. Beberapa langkah strategis seperti pengembangan Cross-Border Interbank Payment System (CIPS) sebagai alternatif SWIFT, ekspansi BRICS New Development Bank (NDB) untuk mengurangi ketergantungan pada IMF, dan project M-Bridge yang menjadi pionir integrasi Central Bank Digital Currency (CBDC).Â
Dari data ING Think (2024), juga menyajikan fakta bahwa bank-bank sentral China, Russia, dan India secara gradual terus meningkatkan cadangan emasnya sebagai diversifikasi aset dan menjadi "hedging" terhadap risiko volatilitas mata uang. Seluruh dunia tentu memperhatikan ketika AS secara sepihak membekukan aset-aset US Dollar milik bank sentral Rusia saat konflik dengan Ukraina meletus.
Persaingan sengit antara BRICS dengan AS beserta sekutunya masih akan berlanjut di berbagai episode mendatang, dan sangat mungkin berdampak pada stabilitas ekonomi global.Â
Dengan berpedoman pada sikap politik "bebas aktif", Indonesia melakukan langkah-langkah yang menarik untuk dicermati, disatu sisi menunjukkan ketertarikan bergabung dengan The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang identik dengan AS dan aliansinya, namun juga menyatakan keinginan untuk merapat ke BRICS, yang tentunya berseberangan dengan kepentingan AS.Â
Adu kekuasaan antara BRICS dan AS beserta sekutunya akan membuat apapun bisa terjadi di geopolitik dan ekonomi global dengan sangat cepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H