"Polisi hanya macan ompong bagiku. Mereka takkan bisa menangkapku."
"Di mana Kaftan Karamba sekarang?"
"Aku tidak tahu apa maksudmu, Botak. Lebih baik kau diam dan biar istrimu yang bicara. Cantik, mau tanya apa kau padaku?"
"Mengapa anda tidak membuka jubah dan topeng anda itu supaya kami bisa tahu siapa anda sebenarnya?"
Si Jubah Hitam tertawa terbahak-bahak sampai terjengkang, beberapa detik kemudian tawanya lenyap dan dia duduk bersila kembali. "Aku bersedia melakukannya dengan satu syarat kau berdua harus lepas baju sampai polos."
"Anda murahan sekali rupanya ya? Baik kalau begitu anda tidak perlu melepas jubah dan topeng anda. Saya ada pertanyaan lagi. Saya yakin jubah dan topeng anda itu terinspirasi dari film-film misteri dari Italia. Betul atau Salah?"
Si Jubah Hitam tidak menjawab, hanya mengangguk satu kali, pelan lagi. Keparat memang.
"Mario Bava sangat jenius." begitu kata Si Jubah Hitam pada akhirnya, itu pun dengan nada suara yang sangat kukenali. Suara Om Kaftan.
"Kangmas," kata istriku dengan muka pucat. "Kenapa suaranya mirip Om Kaftan?"
"Ini yang aneh." aku memandang istriku berupaya menenangkan. "Kupikir dia bukan Om Kaftan. Dia orang lain yang pandai menirukan suara. Mungkin dia aktor."
"Kau berdua bicara sendiri!" Si Jubah Hitam membentak dengan suara mirip Darth Vader kembali. Sialan juga orang ini. Siapapun dia, bakal kuhajar tanpa ampun. "Kalau kau berdua ingin tahu siapa aku, coba serang aku dan buka jubahku ini kalau bisa!"