Mohon tunggu...
Septian Dhaniar Rahman
Septian Dhaniar Rahman Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah dan Komikus

Saya lulusan Sastra Inggris dan telah menerjemahkan beberapa buku non fiksi. Selain itu, saya juga telah menerbitkan beberapa novel dan komik detektif. Kunjungi website saya juga di http://septiancomics.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hantu Hutan (Bagian 3)

14 Januari 2022   21:32 Diperbarui: 14 Januari 2022   21:38 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Rupanya kau berdua lesu juga akibat pandemi ini?" tanya Si Jubah Hitam sambil bertepuk tangan begitu bahagia. "Tidak sia-sia rupanya usahaku mengawalinya karena aku orang yang pertama kali membawa virus ini kemari. Lebih baik aku mengakui saja. Apa salahnya? Apalagi setelah ini, kau berdua juga bakal kubunuh. Kubeberkan saja terus terang."

Istriku mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. "Bagaimana kalau kami yang bertanya dan anda yang menjawab?"

Si Jubah Hitam bersiul pendek. "Bravo! Mulai saja kalau begitu."

Aku mengubah posisi duduk supaya lebih santai di pojok kiri, sementara istriku juga menjauhiku dan duduk santai pula di pojok kanan. Kukedipkan mata pada istriku, dia tersenyum sekilas lalu cemberut lagi dan mulai bertanya pada Si Jubah Hitam.

"Anda berasal dari neraka rupanya?" istriku menselonjorkan kedua kakinya di lantai.

"Itu tujuanku, Cantik." kata Si Jubah Hitam dengan suara yang kini berubah mirip dengan Bugs Bunny. Kok bisa ya?

"Sudah kukatakan jangan memuji istriku."

"Aku yang berkuasa di sini, Botak!" hardik Si Jubah Hitam sambil mengepalkan tinju kanannya kepadaku. Suaranya kini berubah balik lagi jadi Darth Vader. "Kau kupanggil Botak dan istri kau kupanggil Cantik!"

"Terserah anda." kata istriku sambil mengerling manja kepadaku, lalu berbisik. "Sabar, Kangmas."

Kepalan tanganku yang kanan makin mengeras, yang kiri makin melunak. Kenapa ini?

"Giliranku yang bertanya sekarang." Suaraku serak padahal aku tidak batuk. "Kenapa Polisi tidak menangkapmu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun