Kedua, fenomenologi menganggap fenomena sebagai realitas itu sendiri (phenomenon is the being of phenomenon). Jadi, fenomena tidak menyembunyikan realitas. Sebagaimana sangat jelas dalam fenomenologi Heidegger, fenomenologi merupakan ilmu (logos) mengenai hal-hal yang 'menampakkan diri' (phainomenon). Istilah 'menampakkan diri' ini penting dalam fenomenologi sebab menampakkan diri menekankan peran realitas itu sendiri.Â
Artinya ketertampakan itu bukan sebuah 'penyingkapan' oleh subjek, melainkan 'pewahyuan' realitas itu sendiri.Â
Ketiga, fenomenologi tidak mendekati 'Ada' sebagai sesuatu, atau berusaha menangkapnya dan merumuskannya ke dalam kategori atau konsep-konsep tertentu, melainkan membiarkan realitas tersebut mengungkapkan diri pada dirinya sendiri.Â
Dalam Heidegger dan Mistik Keseharian (2003), F. Budi Hardiman menjelaskan hal ini dengan sangat baik. Menurutnya, mengambil gagasan Maurice Natanson, fenomenologi adalah a science of beginnings. Artinya, berfenomenologi berarti mengambil sikap sebagai pemula (beginner).Â
Bersikap sebagai pemula maksudnya bersikap 'seolah-olah' kita melihat satu fenomen untuk pertama kalinya. Kita tidak boleh menganggap atau berasumsi bahwa kita sudah mengenal fenomen yang ada di hadapan kita, dalam arti bahwa segala hal memang sudah demikian adanya, seperti pohon, dll. realitas tidak boleh diandaikan begitu saja. Kita harus menghindari sikap taken for granted semacam itu.Â
Dengan kata lain, kita harus membiarkan 'Ada' itu menampakkan diri.Â
Karena itu, sikap yang tepat ialah membuka diri, membuka mata selebarlebarnya dan membiarkan 'Ada' menampakkan diri pada dirinya sendiri (Hardiman; 2003, 21-26). Demikian dalam fenomenologi, kesadaran lebih dimengerti sebagai ketersingkapan 'Ada', bukan penguasaan (penangkapan) terhadap ada.Â
Fenomenologi dalam Penelitian
Dalam perkembangan filsafat fenomenologi menggemparkan asumsi normal pada masanya. akan tetapi fenomenologi tidak hanya relevan secara filosofis belaka tetapi juga merangsek ke ilmu-ilmu lainnya yang lebih spesifik. Penekanan fenomenologi tentu saja sama dalam ilmu spesifik ini dengan menimbang tujuan ilmu terkait. Beberapa poin yang ditekankan fenomenologi yakni deskriptif. Fenomenologi dipakai dengan tujuan untuk mendeskripsikan pengalaman dengan akurat, menangkap esensi dari fenomena yang diteliti.
Fenomenologi fokus pada pengalaman hidup subjek penelitian. Penelitian ini berusaha memahami bagaimana individu mengalami suatu fenomena dan makna yang mereka berikan terhadap pengalaman tersebut. Langkah yang digunakan sama yakni dengan bracketing. Peneliti dalam hal ini harus menangguhkan asumsi dan prasangka pribadi mereka untuk fokus pada pengalaman peserta.
 Kemudian langkah berikutnya adalah analisis tematik. Data yang dikumpulkan oleh peneliti dianalisis untuk mengidentifikasi tema-tema utama yang muncul dari pengalaman peserta.