Pada suatu malam Agus mengajak Aldi menemui sekaligus mengantar pisang ke rumahnya pacar. Agus mengetuk pintu dan ternyata pacarnya adalah Jasmine, perempuan janda muda yang pernah membawa Aldi ke hidup baru.
Jasmine menolak pisang yang diantar Agus. Pertemuan malam itu Aldi lebih beruntung bisa mengenali Jasmine wanita idaman yang sebelumnya tidak mengenal bisa berjumpa kembali.
Agus, Aldi melewati hari-harinya dengan memaknai kata-kata, cerita lelucon dan humor berdua. Rumah mereka tidak pernah sepi.
Suatu pagi Agus tampak bersiap-siap hendak pergi mengajar ke sekolah. Kebetulan Agus profesinya sebagai tenaga pengajar (guru) di kawasan desa tersebut.
Pagi itu Agus menawarkan Aldi untuk menjadi tenaga pengajar (guru) tempat dimana ia mengajar. Andi pun otomatis menyetujui atas permintaan Agus.
Secara langsung nama Aldi terpopuler di kawan desa terpencil setelah diangkat menjadi tenaga pengajar (guru). Sapaan Aldi pun tiba-tiba berubah drastis dari warga desa ketika melihat anak-anak mereka cerdas nan pintar.
Anak-anak memanggilnya Pak Guru Aldi. Gadis licik, Mica sudah akrab dan teman mainnya Pak Aldi tiap waktu luang.
Keindahan dan keelokan taman di sekolah nampak terlihat cantik. Saat Aldi bermain sama Mica, tak kala penting juga terbayang sang wanita idaman, Jasmine.
Selain membayangkan Jasmine, Aldi juga mengenang potretan-potretan kala gelut di bidang jurnalistik lamanya tujuh tahun silam.
Tiap waktu Aldi leluasa canon adalah buah hatinya. Tidak pernah lepas-lepas. Aldi tetap genggam canon itu sembari memotret. Namun, kini hanya tinggal cerita andai waktu kembali berputar.
"Jika saya punya canon pasti saya memotret taman sekolah ini. Dan potret Mica juga ibunya, Jasmine." Bayang Aldi pegang canon seperti masa kuliah dulu.
Teman-temannya Mica mengajak bermain bareng tetapi ia menolaknya. Mica hanya ingin main sama Pak Aldi pagi, siang ataupun malam.