Mohon tunggu...
Sepi S. Boma
Sepi S. Boma Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemulung

"Berbicara tanpa menulis ibarat sejarah tanpa bukti."

Selanjutnya

Tutup

Film

Pembunuh dan Senyum Gadis Licik

19 April 2023   08:44 Diperbarui: 19 April 2023   20:12 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Diki, kamu ini apa-apaan sih, ade kamu Aldi baru bebas dari penjara. Sudah tak layak disebut Aldi pembunuh." Ibunya membela Aldi sambil redakan tensi Diki yang nyaris meletus.

"Adikmu. Aku tidak pernah punya adik seorang pembunuh seperti dia, bikin susah keluarga, Bu." Diki membantah kata-kata ibunya.

Aldi perjuangkan hidup baru (!)

Tak lama tinggal di desa. Hampir satu minggu singgah di rumah lalu ia pergi. Kini Aldi mulai menyadari akan kesalahan yang diperbuatnya. Lantas ia kembali lagi ke rumah. Itupun ibunya meminta Aldi pulang.

Bagi Aldi itu semuanya hanyalah masa lalunya. Amarah dan hinaan mereka, semuanya bagi Aldi adalah motivasi dan pelajaran berharga yang diajarkan oleh mereka pada dirinya.

Ia berusaha melamar pekerjaan di beragam tempat di kota Jakarta. Akhirnya Aldi diterima pada sebuah perusahaan ternama dan terbesar disana. Tapi sayangnya, tidak lama kemudian Aldi justru dikeluarkan setelah ada pelaporan dari warga setempat.

Beberapa bulan ia tinggal sama-sama keluarga. Ibu, Diki dan istrinya di rumah. Hujat dan sejuta amarah dari berbagai kalangan termasuk Diki kakanya telah diresapi dalam dokumen penyimpanan.

Namun Aldi tetap tenang dan menyadari akan perbuatannya meskipun tidak dibuktikan dirinya bersalah. Aldi hanya bisa mengakui dan menerima hujatan dan fitnahan mereka sebagai mantan narapidana yang tidak bersalah.

Restoran Diki tidak ada pembeli (!)

Restoran milik Diki pengunjung mulai berkurang sejak Aldi berada di rumah. Tidak seperti lazimnya ramai. Pembeli kini mulai berkurang dan bahkan tidak ada warga desa yang makan di restoran.

Diki berasumsi ini semua karena adanya Aldi seorang pembunuh. Kecurigaan campur kemarahan Diki membuat Aldi tidak mampu bertahan lama.

Aldi benar-benar makan pikiran, merasa bersalah, tersipu malu. Tidak bantah apapun ujaran dan kebencian Diki pada Aldi hanyalah sebuah sandiwara dan sebuah kata-kata lelucon.

Ibunya sering kompromi sama Diki untuk menerima Aldi sebagai adiknya pun nyalar Diki membantah. Diki memang keras membuat ibunya marah.

"Saya memang pembunuh. Saya mantan narapidana. Tapi, tolong hargai saya sebagai adikmu." Kata-kata akhir Aldi ketika berpamitan sama Diki.

Aldi pindah warga (?)

Dua hari setelah baku bantah. Aduh argumen. Gertak terbahak sama Diki. Aldi pamit sama ibunya dan istri Diki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun