Mohon tunggu...
Sepi S. Boma
Sepi S. Boma Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemulung

"Berbicara tanpa menulis ibarat sejarah tanpa bukti."

Selanjutnya

Tutup

Film

Pembunuh dan Senyum Gadis Licik

19 April 2023   08:44 Diperbarui: 19 April 2023   20:12 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image screenshot dalam flim/Dok Transmedia

KISAH inspiratif seorang pembunuh bernama Aldi (26) yang dituduh membunuh seseorang dan kemudian dipenjarakan dengan masa tahanan tujuh tahun penjara di kota Jakarta.

Masa muda Aldi tidak nampak terlihat secara nyata di bumi manusia. Kebebasan dan hak-hak hidup Aldi dibungkam oleh para kaum bersenjata. Pihak keluarga mau tengok saja tidak diberi ruang dan waktu.

Tujuh tahun lamanya meringkus dalam penjara tanpa ada kunjungan siapapun termasuk orangtua. Aldi tetap konsisten, sabar dan penuh bertanggung jawab, masa mudanya menelan dalam sangkar jeruji.

Meski tempat tidurnya kurang bagus, tidak benah baik, tidak teratur rapi, cukup basah, drastis membosankan namun ia terbaring sebagai manusia penuh dosa.

Aldi tetap sadar mempertahankan dan menjalani hari-harinya berlatar sebagai seorang pembunuh yang pernah menumpahkan darah manusia.

Pribadi Aldi adalah pemberani, tangguh dan konsistensi mempertahankan hidup secara dinamis menantang kerasnya kehidupan. Ia melewati masa-masa kritis serta lalui badai yang panjang.

Aldi bebas: pesan sosok tetua (:)

Suatu hari dari tidur yang panjang Aldi terkejut bangun. Dari pejaman mata yang panjang kembali membuka perlahan. Ternyata bumi masih hidup, langit masih ada, hanya dirinya yang seolah tak bernyawa dalam penjara.

Setelah bangun tidur, ia terdengar kabar atau berita gembira pagi itu dari dalam jeruji bahwa Aldi segera dibebaskan dari penjara terkuat dan teramat kejam.

Aldi telah dikabarkan bebas dari penjara. Lalu, ia bertemu seorang petugas penjara [tetua] berumur 50-an lebih tahun yang berdiri gagah dan perkasa depan pintu gerbang penjara.

Dia menunjukkan foto lama saat Aldi masuk penjara tujuh tahun lalu. Aldi meminta untuk fotonya dibuang. Karena Aldi tidak mau lihat masa lalunya yang buruk.

"Kamu benar Aldi, jangan menoleh ke belakang cukup sesekali kamu lihat foto ini untuk mengetahui apakah hari ini sudah lebih baik atau belum."

"Iya Pak, tapi apakah masih ada waktu untuk seorang mantan narapidana seperti saya ini, Pak?" Aldi menganjur pertanyaan sekali lagi.

"Selalu ada hari untuk siapapun, teruslah maju, nak." Jawab seorang petugas sosok [tetua] sesaat menyerahkan foto lama Aldi ke tangannya.

Aldi bebas temui keluarga (?)

Saking senangnya Aldi terlihat nampak begitu luar biasa. Pagi itu Aldi keluar dari penjara sambil tersenyum lebar. Sesaat kemudian bisa bertemu keluarganya.

Karena sudah lama belum merasakan belas kasih dan sayang keluarga. Kini tiba saatnya Aldi mesti bermesra, memeluk, senda gurau sama keluarga. Pijakan kaki terlalu gegas menelusuri pulang sembari bebas dari neraka dunia.

Setibanya di sana, sama sekali Aldi tidak diterima, dikeroyok dan diusir oleh warga desa dengan beragam aksi. Mereka mengatakan kami tidak mau hidup berdampingan sama seorang pembunuh seperti Aldi.

Kebebasan Aldi justru membuat warga jadi tergesah, trauma, melihatnya saja paling jengkel, menemui pasti marah dan dijuluki Aldi pembunuh

Siapa mau sama Aldi?

Seluruh warga desa justru melarang dan membatasi ruang gerak anak-anak di desa itu bakal menjauhi Aldi bahkan orang-orang tua juga hindari dan dihina.

Nama Aldi sudah menjadi sorotan dan buah bibir (pagi-malam) bagi warga di desa dimana ia tinggal. Diki adalah kakanya Aldi.

Diki sangat marah besar dan mengusir Aldi supaya tidak boleh tinggal di rumahnya. Sama sekali enggan terima seorang pembunuh itu kembali tinggal di rumahnya lagi.

Akan tetapi, sang ibu Aldi satu-satunya yang membela, bersikeras dan terus pertahankan Aldi tinggal bersama-sama keluarganya. Apapun alasannya, Aldi adalah anak kesayangan sang ibunya.

"Diki, kamu ini apa-apaan sih, ade kamu Aldi baru bebas dari penjara. Sudah tak layak disebut Aldi pembunuh." Ibunya membela Aldi sambil redakan tensi Diki yang nyaris meletus.

"Adikmu. Aku tidak pernah punya adik seorang pembunuh seperti dia, bikin susah keluarga, Bu." Diki membantah kata-kata ibunya.

Aldi perjuangkan hidup baru (!)

Tak lama tinggal di desa. Hampir satu minggu singgah di rumah lalu ia pergi. Kini Aldi mulai menyadari akan kesalahan yang diperbuatnya. Lantas ia kembali lagi ke rumah. Itupun ibunya meminta Aldi pulang.

Bagi Aldi itu semuanya hanyalah masa lalunya. Amarah dan hinaan mereka, semuanya bagi Aldi adalah motivasi dan pelajaran berharga yang diajarkan oleh mereka pada dirinya.

Ia berusaha melamar pekerjaan di beragam tempat di kota Jakarta. Akhirnya Aldi diterima pada sebuah perusahaan ternama dan terbesar disana. Tapi sayangnya, tidak lama kemudian Aldi justru dikeluarkan setelah ada pelaporan dari warga setempat.

Beberapa bulan ia tinggal sama-sama keluarga. Ibu, Diki dan istrinya di rumah. Hujat dan sejuta amarah dari berbagai kalangan termasuk Diki kakanya telah diresapi dalam dokumen penyimpanan.

Namun Aldi tetap tenang dan menyadari akan perbuatannya meskipun tidak dibuktikan dirinya bersalah. Aldi hanya bisa mengakui dan menerima hujatan dan fitnahan mereka sebagai mantan narapidana yang tidak bersalah.

Restoran Diki tidak ada pembeli (!)

Restoran milik Diki pengunjung mulai berkurang sejak Aldi berada di rumah. Tidak seperti lazimnya ramai. Pembeli kini mulai berkurang dan bahkan tidak ada warga desa yang makan di restoran.

Diki berasumsi ini semua karena adanya Aldi seorang pembunuh. Kecurigaan campur kemarahan Diki membuat Aldi tidak mampu bertahan lama.

Aldi benar-benar makan pikiran, merasa bersalah, tersipu malu. Tidak bantah apapun ujaran dan kebencian Diki pada Aldi hanyalah sebuah sandiwara dan sebuah kata-kata lelucon.

Ibunya sering kompromi sama Diki untuk menerima Aldi sebagai adiknya pun nyalar Diki membantah. Diki memang keras membuat ibunya marah.

"Saya memang pembunuh. Saya mantan narapidana. Tapi, tolong hargai saya sebagai adikmu." Kata-kata akhir Aldi ketika berpamitan sama Diki.

Aldi pindah warga (?)

Dua hari setelah baku bantah. Aduh argumen. Gertak terbahak sama Diki. Aldi pamit sama ibunya dan istri Diki.

Aldi ingin memperjuangkan hidupnya sendiri. Akankah Aldi berubah nasib? Kebiasaan masa lalunya? Dan tentunya, ia tidak ingin menjauhi ibunya, tetapi karena Diki terus-terusan dendam akhirnya ia terpaksa harus lepas.

Siapa sangka, ibunya tidak mampu menahan tangisan, air mata mengalir deras memupuk lesun pipinya.

Tabrak kandas wanita idamannya (.)

Bayangan-bayangan telah mengikutinya. Aldi berada di sebuah terminal angkutan umum. Bingung harus ia kemana.

Tiba-tiba Aldi ketabrak seorang sosok wanita cantik yang memegang tangan seorang gadis kecil.

"Mas, kalau jalan lihat-lihat dong." Tidak tahan lama wanita itu meletus amarah dengan tatapan mata telanjang ke Aldi.

"Iya, minta maaf Bu. Maaf aku buruh-buruh, Bu." Aldi hilang kendali akibat tatapan mata sosok wanita itu.

"Bu, Bu emangnya sa su tua apa." Bantah jandi muda beranak satu itu ke Aldi.

Selang mereka beradu mulut, gadis kecil bernama Mica (6) menebarkan senyum tipis sembari menyapa Aldi seolah-olah orang lama kenal.

Wanita itu meminta Aldi kumpulkan barang belanjaan yang dijatuhkan di tanah sekalian dibawain meskipun belum mengenal entah kemana.

Tanpa timbang pikir, Aldi mengikuti dan patuh seperti apa yang dikatakannya. Setelah kumpulkan barang belanjaan itu lantas naik taksi angkutan pedesaan.

Setelah turun dari taksi, wanita itu meninggalkan Aldi sendirian tanpa basa-basi.

"Kok, Bu tidak meminta terima kasih sama om tadi yang bawain barang-barang kita." Gadis licik itu menganjur pernyataan ke ibunya sembari tersenyum lebar.

Tak merespon pernyataan gadis kecil itu kemudian ibunya mengajak melangkah pulang ke rumah mereka.

Aldi bingung terpaku di tempat. Setelah tiba di sebuah pedesaan paling ternyaman. Jaraknya cukup jauh dari kota.

Disana Aldi bertemu seorang sosok laki-laki bernama Agus. Mereka dua saling menyapa dan saling mengenal.

Walau belum mendalami antara keduanya, Agus mengajak Aldi pulang ke rumah miliknya. Setelah Aldi ngaku tidak punya tempat tinggal.

Setibanya di rumah, Aldi menatap foto seorang polisi berpakaian lengkap yang terpampang di tamu depan pintu masuk.

"Aldi, kenapa kamu menatap foto ayah saya terlalu lama?" tanya Agus.

"Itu ayah kamu?" Aldi terkejut seolah tidak percaya karena beliau adalah kepalaku d penjara kala ia ditahan.

Ternyata benar, Agus adalah anak mantan kepala penjara tempat dimana Aldi ditahan. Disitulah rahasia Aldi semuanya terbongkar.

Agus pun menceritakan masa lalu ayahnya hingga sampai tewas akibat kecelakaan maut.

"Kala ayah saya masih hidup, beliau banyak cerita tentang Aldi. Dan ternyata itu adalah kamu, Aldi."

Seiring berjalannya waktu, mereka dua sudah saling akrab. Agus, Aldi tinggal di satu rumah berdua. Satu kamar milik Agus.

Lagipula Agus dan Aldi sama-sama menyukai Jasmine janda muda punya satu anak. Agus sudah lama naksir Jasmine.

Pada suatu malam Agus mengajak Aldi menemui sekaligus mengantar pisang ke rumahnya pacar. Agus mengetuk pintu dan ternyata pacarnya adalah Jasmine, perempuan janda muda yang pernah membawa Aldi ke hidup baru.

Jasmine menolak pisang yang diantar Agus. Pertemuan malam itu Aldi lebih beruntung bisa mengenali Jasmine wanita idaman yang sebelumnya tidak mengenal bisa berjumpa kembali.

Agus, Aldi melewati hari-harinya dengan memaknai kata-kata, cerita lelucon dan humor berdua. Rumah mereka tidak pernah sepi.

Suatu pagi Agus tampak bersiap-siap hendak pergi mengajar ke sekolah. Kebetulan Agus profesinya sebagai tenaga pengajar (guru) di kawasan desa tersebut.

Pagi itu Agus menawarkan Aldi untuk menjadi tenaga pengajar (guru) tempat dimana ia mengajar. Andi pun otomatis menyetujui atas permintaan Agus.

Secara langsung nama Aldi terpopuler di kawan desa terpencil setelah diangkat menjadi tenaga pengajar (guru). Sapaan Aldi pun tiba-tiba berubah drastis dari warga desa ketika melihat anak-anak mereka cerdas nan pintar.

Anak-anak memanggilnya Pak Guru Aldi. Gadis licik, Mica sudah akrab dan teman mainnya Pak Aldi tiap waktu luang.

Keindahan dan keelokan taman di sekolah nampak terlihat cantik. Saat Aldi bermain sama Mica, tak kala penting juga terbayang sang wanita idaman, Jasmine.

Selain membayangkan Jasmine, Aldi juga mengenang potretan-potretan kala gelut di bidang jurnalistik lamanya tujuh tahun silam.

Tiap waktu Aldi leluasa canon adalah buah hatinya. Tidak pernah lepas-lepas. Aldi tetap genggam canon itu sembari memotret. Namun, kini hanya tinggal cerita andai waktu kembali berputar.

"Jika saya punya canon pasti saya memotret taman sekolah ini. Dan potret Mica juga ibunya, Jasmine." Bayang Aldi pegang canon seperti masa kuliah dulu.

Teman-temannya Mica mengajak bermain bareng tetapi ia menolaknya. Mica hanya ingin main sama Pak Aldi pagi, siang ataupun malam.

Agus memanggil Aldi lalu menyodorkan  sebuah kotak. Aldi penasaran dengan kotak itu kemudian ia membukanya. Ternyata isinya canon persis punya Aldi yang telah lama hilang.

Aldi dengan senang hati meminta terima kasih kepada Agus. Keesokan harinya, Aldi keluar pagi-pagi untuk memotret alam di lingkungan termasuk taman sekolah dimana ia mengajar.

Mica dan ibunya Jasmine berada di kali sedang sikat pakean. Aldi memotret mereka dua secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi.

Hanya Mica seorang gadis licik yang bisa melihatnya. Aldi membujuk Mica supaya tidak boleh diberitahu tentang peristiwa pemotretan ke mamanya.

Lama-lama nama Aldi terkenal populer sebagai seorang photografer terbaik dan profesional. Dimana-mana ia dikenal melalui karya kreasinya.

Foto-foto Mica dan Jasmine seorang janda muda itu sudah tercetak dan ia menyimpan sebaik-baiknya. Rahasia bagi pribadi Aldi.

Satu waktu, Agus telah menemukan beberapa foto cetak dibawa bantal tidurnya. Ternyata foto-foto itu adalah Jasmine yang telah lama ia naksir.

Menurutnya, Jasmine ditolak cintanya Agus berulangkali karena adanya orang ketiga yaitu, Aldi.

Agus tidak terima Jasmine romantis, bangun relasi sama Aldi dan kemudian mengambil keputusan untuk dikeluarkan dan mengusir Aldi dari rumahnya.

Keesokan paginya, Aldi datang menemui Mica sekaligus Jasmine di rumah mereka. Selang waktu lima menit, Agus konsolidasi warga desa bertujuan mengusir Aldi dari desa tersebut.

"Orang ini pembunuh. Dia pernah membunuh orang. Dia adalah mantan narapidana. Dia baru bebas dari penjara. Dia ke sini dari kota hanya mencari perlindungan karena di sana semua orang termasuk orangtua juga tidak mau sama dia dan mengusirnya."

Merespon kata-kata Agus yang lancang dan tidak membuktikan kebenaran itu, Jasmine mengatakan:

"Bapa-bapa semua orang punya masa lalu. Yang paling terpenting adalah hari ini. Dan hari ini dia tidak membunuh orang termasuk bapa-bapa juga warga desa kita. Mana buktinya, kalau dia dituduh pembunuh?."

"Bapa saya dulu kepala penjara dimana dia (Aldi) ditahan. Jadi, saya yang tau semuanya. Bahkan dia pernah cerita semuanya sama saya."

Seorang warga desa yang tergolong massa aksi mengisir Aldi mengatakan: "Apa Jasmine bisa menikahi pasangan seorang pembunuh seperti dia (Aldi)?."

"Kenapa tidak bisa?! Saya akan segera menikahi dia (Aldi)," tegas Jasmine lalu meminta warga desa untuk pulang.

Tidak lama menunggu waktu, mereka (Aldi dan Jasmine) tampak bersiap-siap hendak menikah. Mica, gadis licik itu masih berada di teras depan sembari genggam foto di tangan.

Aldi keluar dan melihat Mica masih di teras. Aldi hampiri, Mica menunjukkan foto dan katakan "itu bapa saya". Aldi terkejut dan gemetar tiba-tiba.

Hampir tiga menit Aldi tunduk terdiam. Jasmine meminta calon suaminya (Aldi) masuk dalam rumah karena acara pernikahan sedikit lagi akan memulai.

Tapi, Aldi masih saja tertunduk dan diam bisu. Jasmine hampiri dan mengatakan: "kamu kenapa?". Aldi berdiri lemah dan mengatakan: "saya tidak akan menikahi kamu." Aldi hanya meminta maaf ke Jasmine.

Ternyata, Aldi adalah pembunuh suami Jasmine tujuh tahun lalu akibat pemerkosaan seorang perempuan bernama Lisa di alam luas.

Bahkan sebenarnya, suami Jasmine bukan Aldi yang pelaku pembunuh tetapi justru dia sendirilah yang salah gunakan pisau.

Rencananya, pisau itu menunjuk ke Aldi sesaat ia berupaya menyelamatkan seorang perempuan yang diperkosa suami Jasmine. Malah pisaunya balik ancam dirinya hingga menusuk bagian dadah akhirnya tewas.

Selanjutnya, teman hidup Aldi adalah Jasmine. Mica gadis licik pemilik senjata senyum adalah buah hati yang mampu merubahkan hidup Aldi.

Tidak hanya itu, Mica gadis licik mampu menyatukan Jasmine seorang janda muda dengan mantan narapidana Aldi untuk membuka lembaran hidup baru menciptakan surga di bumi.

Penulis sedikit terkesan dari tulisan di atas di bagian akhir cerita: "suaminya dibunuh justru istrinya menikah sama sosok pembunuh suaminya."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun