Kampanye pun telah usai dan masyarakat yang tadinya padat lepas satu per satu meninggalkan halaman kampanye itu. Saya pun beraksi pulang.Â
Mama menyuruh saya bertemu Robert yang tadinya berdiri gagah di panggung.
Tepat di Yebaa Dobaa (ujung bibir Noukauwo), pria itu sedang gegas berjalan kaki menuju dermaga Obaiima Kagouda.
Beliau memakai topi hitam, sepatu hitam dan jaket berwarna biru kalau saya tidak salah lihat waktu itu.
Mama pun menyuruh saya meneriak dengan suara gertak dipanggil paman, om.Â
Pria itu balik badan dan hentikan langkah menunggu kedatangan saya bersama mama sembari tersenyum tipis dari wajah lembut.Â
Sesampai menatap pria itu, kita senyum sapa entah tidak saling kenal lebih matang.
Saya tidak bosan perhatikan beliau: dia memang gagah, tampang, putih pokoknya mapan ganteng.
Sehabis mama jelaskan sedikit mengenai relasi kita ternyata terlalu erat. Itu membuat saya yang tadinya senyum tipis hadap Robert diganti tangis.
Apa kata saya istilah bahasa Mee: 'Anina yokaa kidiki itogako' sehabis lontarkan kata itu, air mata kembali jatuh memupuk tanah Sorga.Â
Antonim kata itu sudah terekam jejak seolah macam baru saja saya lontarkan.