Sandiwara lelucon yang dimainkan mereka hanya mendesak dan memberi teguran keras sasaran ke saya sama Benny. Mereka belum tahu bahwa toga saya sudah digenggam tangan. He...he...he.
Entah apa alasannya, photo di studio tunda jam 6.00 sore. Teman-teman terusan tegur dan mendesak Benny agar percepat proses pengambilan toganya.
Saya tutup messenger mulai istirahat. Bangun dari tidur pulasku jam menunjukan pukul 5.24 sore. Masih saja mereka ribut dalam grup. Ada yang share foto bertulisan toko Studio Varian Photo sudah dibuka.
Saya tampak siap-siap hendak menuju Studio Varian Photo. Di sana saya bertemu sapa Jeck, Mias, Iyapu, Alpons lagi asyik bicara-bicara.
Mereka duduk menatap jalan melihat motor roda dua dan mobil roda empat yang lalu-lalang sembari desak teman-teman lain agar percepat langkah mereka.
Tepi jalan tersedia warung makan. Tiba-tiba perut saya sakit minta makan. Tapi itu alasan saya minta uang satu per satu. Saya tidak sadar diri kalau uang saya ada 20 ribu di saku.
Saya apatis dengan kondisi. Dalam benak saya mau makan. Saya pesan satu porsi nasi. Mias, Alpons menyusul makan di tempat itu. Dua di antara kami: Jeck, Iyapu tidak makan.
Disela itu Jeck tegur saya: Wae, kam pu celana itu. Pergi ganti sudah."
"Bah, sa celana kenapa?" tunduk lihat ternyata bukan celana hitam. Memang Jeck benar. Malu saya. He...he.
Saya apatis omongan tadi dari Jeck dan lanjut cerita nonsens sembari menunggu teman-teman lain di emperan Toko Studio Varian Photo. Jam sudah menunjukan pukul 6.34 setengah gelap.
Rata-rata semua memakai celana hitam kain. Saya disuruh Jecson telepon Amsal di Asrama Dok 5 untuk menanyai celana hitam. Ternyata celana hitam punya Amsal ada dan disuruh datang ambil.