Oke Sepi. Biasa Sepi pake ukuran baju apa? tanya Pak Santrio ke saya. Tanpa basa-basi, saya menjawab ukuran XL saja, Pak.Â
Otomatis beliau keluarkan atribut wisuda (berukuran XL) lalu saya berpamitan dari ruang dimana Pak Santrio berada. Sepi, sukses ya, kata Pak Santrio terakhir.
Selangkah sudah di pintu sembari keluar, saya ditelpon Benny. Saya angkat dan menyapa 'hallo sobat!' ternyata dia miskol.
Tidak menelpon balik pulsa nelpon saya habis - yang ada hanya paket internet bulanan dalam sim.
Mulai lega seolah terselesaikan masalah besar. Sangat bangga nan senang setelah ambil atribut wisuda meski sebelumnya mata berkaca-kaca nyaris menangis.Â
Isi dalam kanton yang dikasih berwarna hijau dengan tulisan melingkar Universitas Yapis Papua - Jayapura itu terdapat segulung baju hitam semacam baju ilmu hitam, topi hitam, baju berwarna kuning-merah versi kalung leher yang ada di dalam kanton itu.
Sungguh saya dibodohi. Paling konyol. Namun apalah daya, saya genggam kanton itu di tangan lalu keluar.
Setiba asrama, bunyi tembakan messenger getar menimbulkan perdebatan panjang oleh teman-teman dalam grup messenger selain WhatsApp.
Lebih kepala batu dalam grup Jeck, Mias, Alpons, Iyapu, Jecson, Ochep, Heru, Silvester, Dinans, Jitro, Yulius, Pelipus, dan putri tunggal Sonya, termasuk Benny yang belum ambil toga sama sekali ini. He...he.
Putri tunggal Sonya kesayangan kami juga turut terlibat menunjukan kenakalan diri meributkan suasana di grup yang tak bersalah. Hehe...asyik namanya juga sudah mau wisuda.