Mohon tunggu...
Aditya Mahatma
Aditya Mahatma Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Materi tulisan merupakan kumpulan tugas perkuliahan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan Perokok

23 Oktober 2019   02:23 Diperbarui: 23 Oktober 2019   05:34 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak iklan rokok selalu menunjukan kesan maskulinitas, kebersamaan, dan kebebasan, dimana banyak aktor ditampilkan oleh laki-laki. Dimata masyarakat, rokok seakan menjadi satu kesatuan dengan pria. Hal ini menumbuhkan stigma masyarakat bahwa perempuan perokok terlihat tabu.

Jika kita sisir jauh ke belakang, justru iklan rokok pada tahun 1930an banyak menampilkan figur perempuan, bahkan dengan menampilkan gestur perempuan sebagai perokok. Larangan perempuan merokok pun tak tertera di setiap iklan, justru ada hal-hal tersembunyi dari beberapa iklan perempuan secara tidak langsung boleh merokok.

Jika kita telaah pada kemasan rokok, terdapat kalimat "Dilarang menjual atau memberikan pada anak dibawah 18 tahun dan perempuan hamil". Disitu spesifikasi perempuan tidak boleh merokok hanya ditunjukan pada wanita hamil dan dibawah usia 18 tahun.

Kesimpulan

Perilaku merokok di dalam masyarakat dipicu oleh berbagai macam motif. Salah satunya adalah pengaruh citra maskulinitas yang dibangun oleh kampanye maupun iklan produsen rokok. Citra tersebut kemudian diserap oleh masyarakat yang berdampak pada perilaku merokok. Maka dari itu, merokok selalu dikaitkan dengan maskulinitas, sehingga merokok dapat membuat seseorang menjadi lebih jantan.

Pencitraan yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan adanya dominasi perokok oleh laki-laki. Dominasi kemudian melahirkan legitimasi yang menganggap bahwa merokok hanya boleh dilakukan oleh laki-laki.

Hal ini juga diperkuat dengan kontruksi sosial masyarakat yang dipengaruhi secara kultural maupun keagamaan, yang juga mendapatkan pengaruh dari media massa. Rokok yang awalnya merupakan benda netral, kini sering diasumsikan hanya boleh dikomsumsi oleh laki-laki. Maka, terciptalah asumsi bahwa merokok bagi perempuan adalah hal yang tabu.

Daftar Pustaka

1.    Buku

  • Fakih, Mansour, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996
  • Shrum, L. J., Psikologi Media Entertainment, Yogyakarta: Jalasutra, 2010

2.    Jurnal

  • Anggarianto, Ogie Mista. Konsep Diri Pada Wanita Perokok. Skripsi Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta (online). (diakses 9 Oktober 2019 pukul 01.25)
  • Junaidi, “Mengenal Teori Kultivasi dalam Ilmu Komunikasi. Jurnal Simbolika Program Studi Pemikiran Politik Islam Universitas Islam Negeri Sumatera (online) Vol. IV/1, April 2018. (diakses 15 Oktober 2019 pukul 22.00)

3.    Pustaka Laman

Ditulis Oleh :

  1. Aditya Mahatma P.
  2. Akbar Bimo W.
  3. Janu. Dwi P.
  4. Tantriono Sasongko
  5. Very Donovan Cahyo A. S.
  6. Widya Ayu R. L.

Hasil Perkuliahan Kapita Selekta
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Seni Rupa
Institut Seni Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun