Mohon tunggu...
Aditya Mahatma
Aditya Mahatma Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Materi tulisan merupakan kumpulan tugas perkuliahan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan Perokok

23 Oktober 2019   02:23 Diperbarui: 23 Oktober 2019   05:34 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Roro Mendut ialah sosok wanita cantik yang hidup pada masa kasultanan Mataram islam, sekitar abad ke-16 pada zaman Sultan Agung. Kecantikan Roro Mendut banyak memukau kaum laki-laki pada masa itu termasuk tumenggung Wiroguna, panglima perang Sultan Agung penguasa daerah kadipaten pati. Dimana pada waktu itu Tumenggung Wiroguna gagal memperistri Roro Mendut dan harus memaksanya untuk membayar pajak.

Mendut bukanlah sosok yang lemah, walaupun dari luar ia terlihat begitu lemah nan anggun tetapi ia merupakan perempuan yang cerdas. Sadar akan kecantikannya yang begitu memukau ia berfikir bisa mendapatkan sepeser uang untuk membayar pajaknya, ketemulah ide untuk menjual rokok.

Memanfaatkan kecantikannya ia mulai mengerekatkan setiap linting rokok menggunakan lidahnya, setiap hisapan rokoknya ia jual dengan harga tinggi. Bisa dikatakan disinilah awal mula perempuan merokok, tidak ada yang membedakan laki-laki atau perempuan.

Kedudukan perempuan pada waktu itu sudah dinomorduakan. Perempuan tidak bisa jadi raja, perempuan hanya berdiri disamping sebagai pendamping. Namun, tidak ada batasan perempuan untuk mendapat haknya.

Jika kita telaah ketika Roro Mendut merokok, tidak ada masyarakat yang memandang buruk tentang perempuan perokok, tidak ada larangan bagi perempuan untuk merokok, perempuan bebas mendapatkan haknya.

Lalu, sejak kapan stigma negatif tersebut muncul? Salah satunya karena iklan rokok pada era sekarang yang banyak memberi citra maskulin, seakan rokok ditujukan hanya untuk kaum laki-laki. Iklan rokok kebanyakan memakai peran laki-laki sebagi tokoh utama, sedangkan perempuan hanya sebagai pemanis di dalamnya.

Namun, maskulinitas itu muncul karna adanya feminisme. Hal tersebut sudah terjadi ketika zaman Roro Mendut, perempuan dan media pemasaran.

Selain Roro Mendut, pada masa kemerdekaan, perempuan perokok juga sudah dilakoni oleh istri panglima besar Jendral Sudirman, yaitu pada waktu jendral Sudirman mau menghembuskan nafas terakhirnya beliau meminta istrinya untuk merokok dan menghembuskan asapnya ke wajah beliau.

Beberapa sosok di era sekarang yakni Menteri Kelautan, yaitu Ibu Susi Pudjiastuti, dan penyanyi, yaitu Danila. Sebenarnya perempuan bebas untuk merokok, tidak ada larangan untuk itu hanya bagaimana cara kita berfikir untuk saling menghargai.

Selama mereka berbuat baik dan tidak melanggar aturan atau bertindak kriminal, tidak ada masalah untuk itu. Kita punya hak masing-masing terhadap tubuh kita, dan kita punya hak masing-masing untuk saling mengingatkan bukan menjatuhkan.

4.    Iklan Rokok

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun