Mohon tunggu...
Seni Asiati
Seni Asiati Mohon Tunggu... Guru - Untuk direnungkan

Berawal dari sebuah hobi, akhirnya menjadi kegiatan yang menghasilkan. Hasil yang paling utama adalah terus berliterasi menuangkan ide dan gagasan dalam sebuah tulisan. Selain itu dengan menulis rekam sejarah pun dimulai, ada warisan yang dapat kita banggakan pada anak cucu kita nantinya. Ayo, terus torehkan tinta untuk dikenang dan beroleh nilai ibadah yang tak putus.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Cerpen: Ramadan Pantang Berduka

7 Mei 2020   16:49 Diperbarui: 7 Mei 2020   17:02 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

"Mulai sekarang setoran aku naikkan ,Mah jadi dua ratus ribu rupiah," kata mas Edi dengan mantap.

Semenjak itu mulailah aktivitas mas Edi dengan mobil barunya untuk mencari penumpang. Sayangnya dia selalu berangkat siang pukul sembilan.  Aku juga berangkat pukul sembilan harusnya dia bisa mengantarkan aku ke tempat kerja. Sayangnya seperti biasa banyak alasannya.

"Mas, kalau berangkat siang bisa dong antar aku dulu," aku memintanya pagi itu setelah bekal makanan sudah aku siapkan untuk dia bawa. Aku biasakan supaya mas Edi bisa menghemat. Walau kadang pulang masih utuh tak dimakannya. Mungkin bosan dengan masakanku.

"Kalau aku antar Kau ke tempat kerja, terus ada order masuk, mau aku turunkan di jalan?" kata mas Edi, dengan tersenyum pahit aku gelengkan kepala. Harusnya dia bisa nyalakan aplikasi setelah aku diturunkan di tempat kerja. Tetapi sudahlah tidak ada niat di hatinya mengantarkan istrinya.

Sebulan, dua bulan, tiga bulan setorang masih lancar saja. Aku bersyukur mas Edi menepati janjinya, hingga pada suatu malam ia pulang dengan wajah yang lesu.

"Mulai besok daerah kita dibatasi mobil plat ganjil dan genap. Mobil kita genap, jadi besok aku off ga narik," katanya sambil melemparkan rantang yang terdengar bunyi nyaring pastinya sudah kosong.

"Bagimana kalau Mas nariknya setelah pembatasan ganjil genap mulai pukul sepuluh sampai pukul tiga. Nah Mas pulang istirahat sampai jam Sembilan malam narik lagi sampai pukul dua belas, saranku sambil memijat pundaknya.

"Oh, Kau ga mau rugi mau bikin suamimu sakit terus cepat mati narik sampai malam gitu," tangannya mengibaskan tanganku yang sedang memijat pundaknya. Aku tahu pasti jawaban itu lagi yang dilontarkan. Selalu kata-kata yang tidak enak di telinga.

"Ya, sudah kalau tidak mau narik tanggal ganjil, tapi Mas harus pikirkan setoran mobil kita itu dua juta tujuh ratus, kalau hanya 15 hari narik berarti hanya tiga juta rupiah, bagaimana bayar kontrakan dan kasih jajan anak, belum lagi dua bulan sekali harus ganti oli dan service mobil," Kata-kata itu keluar begitu saja, tujuanku hanya ingin suamiku tahu beban yang harus dia tanggung dengan ketidakmauannya narik di tanggal ganjil.

Mas Edi menggaruk-garukkan kepalanya dan menatapku dengan tajam. Matanya yang merah menandakan situasi tak akan baik untuk berdiskusi. Beban kami yang mulanya enteng, dengan keinginan dia mengambil mobil menjadi berat. Kontrakan harus dibayar setiap bulan satu juta. Aku saja sudah jarang menabung karena harus memikirkan kebutuhan hidup kami.

"Ya, sudah setoran di tanggal ganjil seratus ribu, kurang bisa yang penting ada setoran," kata-katanya memang tak enak, tetapi sudahlah yang penting dia tahu bagaimana kesulitan yang dia buat. Kalau tadi narik ojek motor tak ada yang harus dibayarkan. Motor sudah lunas  tinggal pakai. Adikku saja melihat keuanganku meminjamkan motornya untuk aku bawa bekerja. Kalau harus  naik angkot ongkos yang aku tanggung lebih mahal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun