****
***
3 MASALAH DALAM SEBUAH KISAH
      Akhirnya, karena tak sanggup mengingkari mandat untuk berkisah, aku kemudian memutuskan untuk berbicara, menceritakan segala hal yang terlintas dalam kepalaku kepada orang-orang yang hadir kala itu. Masalah pertama yang kuceritakan tentu perihal gadis yang kusukai, kemudian kesalahpahaman antara aku dan teman dekatku, serta yang terakhir adalah perihal diriku yang secara tak sengaja menyakiti perasaan seorang teman yang baik. Uniknya, meski alur cerita yang kubawa dimulai dari masalah romansa, antara diriku dengan gadis yang aku suka, masalah yang pertama kali terselesaikan justru adalah masalah terakhir.
      Musim Semi memintaku berulang kali untuk duduk di sampingnya, dan aku menuruti perkataannya. Apa yang kukira pada awalnya adalah sebuah hukuman, kukira Musim Semi akan menghukumku dengan membuatku semakin kaku di hadapannya. Namun, itu tak terjadi. Musim Semi menyuruhku untuk duduk di sampingnya, kemudian dengan saksama mendengarkan seluruh keluhanku kala itu.
      Musim Semi menghiburku dengan kehangatan di bulan April. Ia berkata "kamu kuat", "kamu pasti bisa melewati semua ini". Ia tak membalas kata-kata tajamku dengan kebencian, tapi dengan kasih. Awan mendung kemudian hilang, atmosfer yang awalnya panas mulai menurunkan suhu, dan suramnya suasana hatiku, mulai berubah cerah berkat secercah cahaya yang terbit di malam itu. Sebuah kalimat oksimoron yang sayangnya benar-benar terjadi.
      Aku menodai musim semi dengan hujan badai, tapi kehangatannya menembus kaca jendelaku, mencapaiku tanpa memedulikan setiap batasan yang ada. Musim Semi memaafkan kesalahanku, satu masalahku usai pada malam itu.
      Lanjut setelahnya, aku bercerita soal kesalahpahaman yang terjadi antara diriku dengan teman dekatku. Namun, keluhan ini tak berlangsung lama, hubunganku dengannya sudah tak penting lagi. Untuk apa aku berusaha mempertahankan hubungan ini, sementara pihak kedua yang berkonflik denganku tak mau membuka telinganya? Tak ada dialog untuk menyelesaikan masalah ini, semuanya berakhir dengan kebencian dan putusnya ikatan di antara kami.
      Setelah itu, percakapan kami semua berfokus pada kisah asmaraku; tentang kegagalanku untuk merebut hati si gadis yang namanya terdiri dari tiga kata, yang semuanya berakhiran A; tentang kedekatanku dengan perempuan lain yang membuatku tampak seperti seekor buaya darat; tentang hancurnya perasaanku yang berbenturan dengan semangat apiku kala itu; segalanya tentangku, dan orang-orang mendengarkan semuanya, dengan saksama.
******
*****