******
*****
****
KISAH-KISAH, DAN MANDAT UNTUK BERKISAH
      Karena komunitas ini berlabel "UIN Bercerita", maka saling berbagi kisah adalah satu hal yang lumrah bagi kami. Kami terbiasa untuk saling menceritakan kisah kami masing-masing seusai rapat mingguan, setiap Jumat malam. Termasuk pada malam itu, tradisi ini tetap berlanjut; satu per satu anggota UIN Bercerita menceritakan kisahnya, dari yang sangat trivial hingga yang mampu membuat bulu kuduk merinding.
      Meski begitu, sejujurnya aku tak sedang dalam mode bercerita, sehingga aku tak berharap untuk mendapatkan jatah bercerita kala itu. Aku lebih suka diam membatu, dianggap angin lalu sebagaimana yang Hikkigaya biasa rasakan di dalam kelasnya. Lagi pula, satu-satunya hal yang terlintas di kepalaku kala itu hanyalah perihal masalah-masalah pribadi, yang kalau diceritakan bisa membuat pertemuan ini menjadi suram, sesuram diriku.
      Sialnya, personaku di mata orang-orang sudah tercetak hampir permanen; mereka memandangku sebagai manusia yang gemar bercerita, banyak bicara, dan selalu ceria. Perilakuku yang banyak diam kala itu ternyata malah menarik perhatian orang-orang, terutama kak Vista dan Musim Semi.
      Aku kemudian mendapatkan giliran untuk bercerita, meski tentu saja aku menolaknya. Kak Vista tidak menyerah, ia tetap menawariku untuk bercerita, ia menjamin bahwa semua orang akan mendengarkanku. Namun, tetap saja, aku tak mau. Ia kemudian menggunakan karismanya sebagai pemimpin kami, hanya untuk membuatku bercerita. Ditatapnya setiap orang yang sedang berbicara di sana, lalu dengan lembutnya ia berkata "Eh berhenti dulu, Sendy mau cerita."
      Mampus! Aku harus tetap bercerita kalau begini caranya. Entah magis apa yang kak Vista miliki, tapi semua orang mengikuti perkataannya. Mereka berhenti berbicara, menekan tombol jeda hanya untuk memalingkan pandangan pada diriku, memfokuskan pendengaran terhadap suaraku. Semua mata, semuanya tertuju padaku, sebab aku mendapat mandat untuk berkisah.
******
*****