"alah,.. kamu dari dulu sukanya muter2 kalo ngomong masa mau ke sanggar dari kampus harus lewat kostanku dulu"
"hehehehe... ya itu sih kamu, pulang kampus mampir sini baru balik lagi ke kostan"
"hihi..."
waktu seakan berhenti saat itu, pandanganku membentur matanya. pandangan itu seakan berkata 'aku sudah tahu apa yang ada dalam pikiranmu, kau tak bisa mengusirku karena aku sudah ada di dalam hatimu'. sedikit berlebihan memang tapi saat itu memang begitu indah dan menegangkan bagiku seperti maling yang tertangkap tangan.
aku mencoba menenangkan diriku agar tak lepas kendali dan melakukan manuver bodoh sementara peluang sudah di depan mata.
"ya... aku memang suka ma kamu Mae. lagian laki2 normal mana yang ga suka ma kamu?"
Mae hanya tersenyum simpul mendengarku namun dari matanya aku tau ia tidak berkeberatan dengan pernyataanku. Akupun melanjutkan pembicaraan.
"yah layaknya lelaki normal lainnya aku juga pengen ngebangun hubungan sama kamu"
"hubungan gimana? bukannya kita udah punya hubungan?"
"yah perkawananan, aku tau itu. maksudku lebih dari itu. Mae, kamu mau jadi bagian yang ngasi warna cerita hidupku? kamu mau mencoba mulai cerita denganku?"
"hmmm..." Mae hanya bergumam sambil menatapku dalam
"yah aku cuma ngajak kamu mencoba, kita sama-sama mencoba. sederhana aja Mae, omonganku hari ini ga akan ngerusak relasi yang udah kita bangun sebagai kawan, rekan kerja, ini cuma tawaranku karena aku suka sama kamu dan mulai mendefinisikan kebeadaan kamu. kamu boleh aja bilang tidak aku, ga ngelarang atau marah, aku terima"