Dan, kesimpulan Anda mungkin tidak salah, bahkan bisa juga tepat. Namun, tidak punya daya persisi yang tinggi. Untuk mengenal siapa saya, Anda perlu membaca biografi/otobiografi saya. Demikian pula, manusia bisa membuktikan Allah lewat mengamati semua fenomena alam dan karya-karya ciptaan-Nya. Lewat alam yang megah dan tertata, kesimpulan tentang adanya Pencipta dimungkinkan. Namun, itu bukanlah penjelasan persis tentang siapakah Allah itu. Anda harus membaca kitab suci, yang merupakan biografi/otobiografi dari Tuhan.
Ajaran tentang Sejarah. Sejarah bersifat khiliastik (Latin: khilioi = 1000 merujuk ke 1000 tahun kerajaan Kristus di Wahyu 20), yaitu berawal dari kegelapan/ pesimsme/ keburukan nasib), namun secara perlahan akan menuju terang/kemenangan/harapan). Ia belajar dari kekristenan, yang berawal dari penindasan dan pengianiayaan, tetapi akhirnya berkembang pesat dan menjadi "pemenang." Â Â
"Jatuh bangunnya" sejarah merupakan akibat dari tegangan abadi antara civitate dei vs civitate terena. Tentu saja ini pengaruh ajaran dualisme Manikeis. Kegagalan manusia dalam sejarah lebih disebabkan oleh peccatum ordinale (dosa asal) dan bukan oleh humartia (pelarian dari kesalahan moril/escapisme moril).Â
Sejarah keselamatan adalah peristiwa jatuh bangunnya bangsa Yahudi terus-menerus dari dosa dan pengampunan yang kemudian berakhir pada penebusan. Masa diantara kebangkitan sampai kedatangan Kristus kembali adalah masa percobaan pertentangan antara kebaikan dan kejahatan. Masa diantara kebangkitan sampai kedatangan Kristus kembali adalah masa percobaan, pertentangan antara kebaikan dan kejahatan. Sejarah keselamatan akan berlangsung sampai akhir zaman dan hanya kerajaan abadi dari Tuhan yang akan menggantikannya.
Penutup
Perlu di catat, bahwa pada masa Abad Pertengahan ini Filsafat Islam muncul sebagai sebuah kekuatan inetelektual dominan, sekaligus menjadi penyeimbang kekuatan Eropa lewat penaklukannya ke Spanyol. Bahkan, boleh dikatakan Filsafat Islam mencapai masa keemasannya di era ini.Â
Namun, harus diakui juga sumber-sumber utama pemikiran filosofisnya berakar dari filsafat Yunani, terutama Aristoteles. Banyak naskah Aristoteles di terjemahkan ke bahasa Arab, kemudian dari bahasa Arab diterjemahkan ke bahasa Latin menyebabkan pemikiran-pemikiran Aristoteles masuk ke Eropa, justru 'memutar' lewat Arabia. Tidaklah mengherankan, bila sejumlah komentator menyebut pemikiran Ibnu Sina, misalnya, sebagai pemikir Yunani yang berbahasa Arab.
Atas dasar itu, kita akan membahas peran Filsafat Islam abad pertengahan, terutama melalui dua tokohnya yaitu Ibnu Sina dan Ibnu Rushyd secara tersendiri.
Referensi  Rujukan
Augustinus (1997). Pengakuan-pengakuan (diterjemahkan oleh Winarsih Arifin dan Dr.Th.van den End). Penerbit Kanisius dan BPK Gunung Mulia
Gaarder, Jostein (2016). Dunia Sophie Sebuah Novel Filsafat, (Alihabahasa oleh Rahmani Astuti), Penerbit Mizan